Beijing (ANTARA) - BEIJING, 5 Februari (Xinhua) -- Yutu-2 atau Jade Rabbit-2 (yang berarti Kelinci Giok), wahana penjelajah (rover) Bulan milik China yang sedang beroperasi, membangkitkan imajinasi masyarakat tentang Bulan pada salah satu hari istimewa, yaitu Festival Lampion di Tahun Kelinci.
Tahun ini, Festival Lampion jatuh pada Minggu (5/2), hari ke-15 dalam bulan pertama kalender lunar China ketika bulan purnama muncul.
Sebagai benda angkasa yang paling dekat dengan Bumi, Bulan adalah perhentian pertama umat manusia untuk memulai "era antarbintang". Mulai dari wahana antariksa untuk eksplorasi Bulan, kendaraan Bulan nirawak, hingga pendaratan berawak di Bulan, aktivitas penjelajahan yang dilakukan manusia di Bulan tidak pernah berhenti.
Di permukaan Bulan yang tertutup berbagai kawah besar dan kecil sebagai efek dari tumbukan, terdapat sebuah jalur dangkal di tanah Bulan yang membentang jauh, dan inilah yang terlihat dalam gambar permukaan Bulan yang baru-baru ini dikirim kembali oleh wahana penjelajah Bulan Yutu-2 milik China. Wahana Chang'e-4, yang membawa Yutu-2 ke Bulan, adalah misi eksplorasi manusia pertama yang berhasil melakukan soft landing di sisi gelap Bulan.
Yutu-2 juga menjadi satu-satunya wahana penjelajah Bulan yang masih beroperasi di Bulan. Beroperasi selama lebih dari empat tahun, wahana tersebut telah menempuh perjalanan sejauh hampir 1.500 meter, dan merilis data ilmiah berukuran lebih dari 940,1 gigabita.
Wahana penjelajah Bulan adalah wahana antariksa yang dapat bergerak di permukaan Bulan. Pada tahun 1970-an, Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) masing-masing mengirim wahana penjelajah Bulan untuk mendarat di Bulan.
Wahana penjelajah Bulan nirawak pertama di dunia adalah Lunokhod 1 yang diluncurkan oleh Uni Soviet. Wahana itu mendarat di Mare Imbrium, yang juga disebut area Sea of Rains, pada November 1970 dan beroperasi di sana selama sekitar 10 bulan. Uni Soviet kemudian mengirim wahana nirawak Lunokhod 2 ke area Sea of Tranquility di Bulan pada Januari 1973, tetapi wahana itu mengalami kerusakan setelah beroperasi selama sekitar empat bulan.
Tiga wahana penjelajah Bulan lainnya yang diluncurkan selama periode ini adalah wahana penjelajah Bulan berawak yang diangkut oleh pesawat luar angkasa AS Apollo 15, 16, dan 17. Pada awal tahun 1970-an, ketiganya digunakan sebagai kendaraan oleh para astronaut untuk memeriksa permukaan Bulan, dan saat ini sudah tidak memiliki kapasitas untuk beroperasi.
Sejak saat itu, hanya ada dua wahana penjelajah Bulan yang berhasil mendarat di Bulan, yaitu Yutu, yang mendarat pada 2013, dan Yutu-2 pada 2019. Kedua wahana penjelajah itu berasal dari China.
Kelinci Giok dikenal sebagai hewan peliharaan Dewi Bulan Chang'e dalam mitologi China. Karena kelinci kerap dikaitkan dengan satu-satunya satelit alami Bumi itu, China pun menamai wahana penjelajah Bulan pertamanya "Yutu", yang berarti Kelinci Giok.
Saat ini, Yutu-2 menjadi satu-satunya wahana penjelajah Bulan yang masih beroperasi, mengeksplorasi berbagai rahasia di sisi jauh Bulan dalam kesunyian di antara bebatuan dan kawah.
China akan sepenuhnya menggalakkan tahap keempat dari program eksplorasi Bulan pada 2023, termasuk Chang'e-6, Chang'e-7, dan Chang'e-8, kata Wu Weiren, kepala perancang program eksplorasi Bulan China sekaligus akademisi di Akademi Teknik China (Chinese Academy of Engineering/CAE).
Chang'e-6 akan menjalankan tugas "mengumpulkan sampel dari sisi jauh Bulan dan membawanya kembali ke Bumi, berupaya untuk mencapai target 2.000 gram," katanya.
Chang'e-7 akan mendarat di Kutub Selatan Bulan dan melakukan penerbangan rendah untuk mencari air, sementara Chang'e-8 yang akan diluncurkan sekitar tahun 2028 akan membentuk basis bagi stasiun penelitian ilmiah di Kutub Selatan Bulan bersama Chang'e-7, kata Wu, seraya menambahkan bahwa stasiun itu akan meliputi wahana pengorbit (orbiter) Bulan, wahana pendarat, wahana penjelajah, kendaraan terbang, dan berbagai instrumen ilmiah.
Di satu sisi, misi-misi yang dilakukan adalah untuk mencari air, kata Wu, sementara di sisi lainnya adalah untuk mengeksplorasi kondisi Kutub Selatan Bulan beserta topografi, komposisi material lingkungan, dan sebagainya.
"Kelinci Giok" mungkin tidak merasa kesepian tahun ini, karena "kelinci putih" lainnya akan segera tiba di Bulan untuk menemaninya. Wahana pendarat Misi 1 HAKUTO-R, yang berarti kelinci putih dalam bahasa Jepang, dari perusahaan Jepang ispace diperkirakan akan melakukan soft landing di Kawah Atlas di permukaan Bulan pada April.
Danuri, wahana pengorbit Bulan pertama milik Korea Selatan, diluncurkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 pada awal Agustus tahun lalu dan tiba di orbit Bulan pada Desember. Baru-baru ini, wahana tersebut mengirimkan sejumlah foto permukaan Bulan.
Lunar Flashlight, satelit kecil milik badan antariksa AS NASA, akan masuk ke orbit di sekeliling Bulan tahun ini. Satelit ini akan menggunakan laser inframerah dekat dan spektrometer di dalam pesawat untuk memetakan es di daerah yang berbayang permanen di dekat Kutub Selatan Bulan.
Selain itu, NASA sedang bekerja keras untuk mengembangkan Volatiles Investigating Polar Exploration Rover atau VIPER. Robot bergerak (mobile robot) seukuran mobil golf ini akan mendarat di Kutub Selatan Bulan pada 2024 dalam sebuah misi selama 100 hari untuk mencari air dan es.
Beberapa negara lain juga berencana menggalakkan misi penjelajahan Bulan tahun ini. Chandrayaan-3, misi penjelajahan Bulan ketiga India, rencananya akan diluncurkan tahun ini setelah beberapa kali ditunda. Negara itu menargetkan untuk menempatkan wahana pendarat dan penjelajah di dataran tinggi di dekat Kutub Selatan Bulan.
Rusia juga berencana untuk meluncurkan wahana antariksa Bulan Luna-25 tahun ini, yang tugas utamanya meliputi pengujian teknologi soft landing dan melakukan studi kontak di Kutub Selatan Bulan.
Misi-misi ini adalah contoh luar biasa dari kecerdasan dan keingintahuan manusia, yang bekerja sama untuk mengungkap berbagai rahasia Bulan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023