Jakarta (ANTARA News) - Kendati cenderung membaik dibandingkan hari sebelumnya namun kondisi kesehatan mantan Presiden Soeharto pada hari kesembilan pasca-operasi pemotongan usus secara keseluruhan belum stabil. "Keadaannya masih naik turun, tidak stabil," kata Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Soebandiono kepada pers di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, Selasa. Menurut dia hingga saat ini fungsi beberapa organ tubuh Presiden kedua RI itu masih mengalami gangguan. "Fungsi ginjalnya masih naik turun, tetapi tidak sampai harus cuci darah," katanya. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini sudah tidak ada perdarahan di usus mantan orang terkuat di Indonesia pada masa orde baru itu. "Kemarin keadaannya memang memburuk dan terjadi perdarahan namun saat ini sudah berhenti," katanya. Menurut dia perdarahan itu merupakan efek pemberian pengencer darah setelah operasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke. Efek yang berlawanan itu, kata dia, terjadi akibat komplikasi penyakit yang diderita mantan Presiden Soeharto. Selain mengalami gangguan pada saluran cerna, Mardjo menjelaskan, HM Soeharto juga mengalami gangguan jantung, ginjal dan paru-paru. "Karena itu selama satu minggu sejak kemarin pemberian pengencer darah kita hentikan dulu untuk mencegah perdarahan," katanya seraya menambahkan hal itu tidak akan berdampak negatif pada kondisi jantung HM Soeharto. Sedangkan kondisi saluran cerna mantan Presiden Soeharto, Ia menjelaskan bahwa saat ini keadaannya telah membaik, perdarahan disaluran cerna telah berhenti dan asupan nutrisinya telah meningkat menjadi lebih dari 1.000 kalori. Ia menjelaskan pula selain diberi makanan melalui pipa lambung dan infus saat ini mantan Presiden Soeharto juga telah diberi makanan lunak melalui mulut. "Beliau juga sudah sadar penuh dan sudah bisa tersenyum," demikian Mardjo.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006