Euro merosot terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).

New York (ANTARA) - Euro merosot terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin yang diperkirakan secara luas, sementara Bank Sentral Inggris (BoE) mengadopsi nada inflasi yang lebih dovish.

ECB mencatat setidaknya satu kenaikan lagi dengan besaran yang sama bulan depan dan mengatakan akan mengevaluasi jalur kebijakan moneter selanjutnya.

BoE juga menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin dan membatalkan janjinya untuk terus menaikkannya "secara paksa" jika diperlukan, dan mengatakan bahwa inflasi mungkin telah mencapai puncaknya.

"ECB kurang lebih sejalan dengan ekspektasi dan BoE terdengar sedikit lebih dovish, jadi saya pikir itu membantu memperlambat penurunan dolar," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera di Washington.

“Anda dapat merasakan bahwa para gubernur bank sentral mengambil sedikit kenyamanan dari inflasi yang bergerak ke arah yang benar,” katanya lagi.

Euro turun 0,70 persen menjadi 1,0913 dolar AS, dan sterling tergelincir 1,09 persen menjadi 1,2240 dolar AS, terendah sejak 17 Januari.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, terangkat 0,74 persen menjadi 101,71.

Beberapa komentar dari ECB juga ditafsirkan sebagai dovish, dan tampaknya "ada lebih banyak perubahan arah bank sentral global yang terjadi," kata Mazen Issa, ahli strategi valas senior di TD Securities di New York.

"Bank sentral berada dalam mode ketergantungan data, tetapi itu berarti mereka tidak lagi memegang kendali sehingga pasar pada dasarnya memimpin bank sentral saat ini," katanya pula.

Indeks dolar jatuh ke level terendah sembilan bulan di 100,80 pada Rabu (1/2), setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell ditafsirkan mengambil nada yang lebih dovish pada kebijakan moneter di masa depan.

Bank sentral AS mengatakan telah mengambil langkah penting dalam perang melawan inflasi yang tinggi, tetapi "kemenangan" itu masih membutuhkan suku bunga acuan untuk dinaikkan lebih lanjut dan tetap ditinggikan setidaknya sampai tahun 2023.

Pasar bereaksi dengan menambah taruhan bahwa Fed akan menghentikan kenaikan setelah kenaikan tambahan 25 basis poin yang diharapkan pada Maret, dan kemudian memangkas suku bunga pada paruh kedua tahun ini.

"Sepertinya Powell menerbangkan spanduk misi selesai kemarin dan menimbulkan banyak keraguan apakah plot titik Desember mereka masih layak atau tidak," kata Issa.

Pejabat Fed pada Desember memperkirakan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga hingga di atas 5,0 persen, tetapi pedagang memperkirakan suku bunga acuan akan mencapai puncaknya di 4,88 persen pada Juni, dan kemudian turun menjadi 4,40 persen pada Desember.

Data pada Kamis (2/2) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika Serikat yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu, karena pasar tenaga kerja tetap tangguh meskipun biaya pinjaman lebih tinggi dan kekhawatiran akan resesi meningkat.

Produktivitas pekerja AS juga meningkat lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal keempat, menghasilkan moderasi dalam pertumbuhan biaya tenaga kerja.

Rilis ekonomi utama AS minggu ini adalah laporan ketenagakerjaan pada Jumat untuk bulan Januari, yang diharapkan menunjukkan bahwa pemberi kerja menambahkan 185.000 pekerjaan di bulan tersebut.
Baca juga: Amerika serikat alokasikan 118 juta dolar AS untuk proyek "biofuel"
Baca juga: Rupiah awal pekan ditutup menguat, dibayangi optimisme perekonomian AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023