Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menjajaki kerjasama dengan empat negara -- Amerika Serikat (AS), Perancis, Jepang dan Korea Selatan -- untuk pembangunan reaktor nuklir di Semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah, dengan target pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berdaya 1.000 MW dan 4.000 MW pada 2015.
"Pada tahun 2015 itu 1.000 MW dari 4.000 MW yang akan dibangun. Nah, kalau pembangunan tenaga nuklir ini mengambil waktu sekitar enam tahun, pembangunan itu harus sudah dimulai pada 2009. Tentunya untuk dua tahun ini kita harus persiapkan secara benar untuk menyiapkan siapa yang nantinya akan membangun dan pengembangannya seperti apa," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta, Senin.
Menurut Purnomo, di semenanjung Muria telah sejak bertahun-tahun lalu dipasang alat-alat untuk mengevaluasi aman tidaknya daerah tersebut untuk dipakai sebagai daerah pembangunan pembangkit tenaga nuklir.
"Ternyata sampai sekarang, kesimpulannya dari alat monitoring kita itu menunjukkan bahwa daerah itu stabil untuk pembangkit listrik tenaga nuklir," katanya.
Purnomo mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah memiliki reaktor yang dapat mengeluarkan daya setara dengan 30 MW di Serpong, Banten.
"Dan mereka sudah menggunakan teknologi BWR (Boiling Water Reactor). Jadi, SDM dan tenaga ahli kita sudah terbiasa menggunakan teknologi BWR. Dan kemungkinan terbesar kita akan menggunakan teknologi BWR, tapi mungkin juga dengan modifikasi yang lebih mutakhir nanti," katanya.
Mengenai biaya pembangunan PLTN, Purnomo mengatakan, hal itu tergantung dari besar tidaknya reaktor yang akan dibangun.
"
Capital costnya untuk per 1 MW adalah sekitar 100 ribu dolar AS per MW. Jadi tinggi memang.
Capital costnya tinggi, tapi
fuel costnya rendah," katanya.
"
Variabel costnya dalam bentuk
fuel-nya kecil sekali sehingga
over all bisa sekitar 3 sen dolar per kw/hour dibandingkan kalau kita membangun menggunakan batu bara, yang nilainya sekitar 4 sen dolar per kw hour. Jadi memang lebih murah kalau menggunakan nuklir itu," tambahnya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006