Jakarta (ANTARA) - Hasil simulasi kursus manajemen pengamanan stadion yang dilaksanakan oleh Polri dan Coventry University di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) terungkap pengelola belum menjalankan manajemen risiko secara maksimal.
Hal itu diungkapkan oleh Asisten Operasi (Asops) Kapolri Irjen Pol. Agung Imam Setya Effendy dalam penutupan Kursus Manajemen Pengamanan Stadion di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Rabu.
“Manajemen risiko belum dilakukan maksimal oleh pengelola,” kata Agung.
Merujuk dari laman Wikipedia, manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya.
Baca juga: PSSI: Kursus Pengamanan Stadion dibuat agar tragedi tidak terulang
Agung menjelaskan, dalam kursus manajemen pengamanan stadion kegiatan yang dilakukan ada latihan simulasi dan ada teori di kelas (diskusi).
Dalam kegiatan simulasi, kata dia, ada peran-peran yang dijalankan peserta kursus dalam pengelolaan manajemen risiko yang diperankan di GBK.
Hasil diskusi dalam latihan simulasi manajemen risiko di GBK disimpulkan tiga hal, salah satunya manajemen risiko yang diperagakan para peserta kursus di GBK belum dijalankan maksimal oleh pengelola GBK (peserta yang ditunjuk dalam simulasi tersebut).
“Yang saya sampaikan adalah laporan pelaksanaan kursus,” kata Agung.
Kesimpulan lainnya dari hasil simulasi tersebut, yakni terdapat dua objek vital yang berdekatan yakni Gedung DPR, perkantoran pemerintah dan pusat perbelanjaan, sehingga perlu perlu proteksi ancaman terhadap objek vital tersebut.
Kesimpulan berikutnya, Stadion GBK memiliki cukup banyak pintu yang dapat diakses pejalan kaki ataupun kendaraan.
“Terdapat pintu masuk cukup banyak pada akses stadion, yaitu 94 pintu kecil untuk orang dan 20 akses jalan raya menuju Stadion Utama Bung Karno,” kata Agung.
Selain simulasi, kegiatan kursus diisi diskusi tentang fasilitas dan kelengkapan stadion untuk pertandingan sepak bola, serta pemutaran video kerusuhan suporter pada pertandingan bola di Skotlandia sebagai bahan ajar.
Kursus tersebut juga dilakukan diskusi bagaimana serah terima kendali teknis yaitu pertukaran kendali teknis antara senior security officer (SSO) kepada kepolisian.
“Hasil diskusi yang ketiga membuat rencana pengamanan mengacu Perpol Nomor 10 tahun 2022 tentang pengamanan penyelenggaraan kompetisi olahraga,” kata Agung.
Setelah empat hari melakukan kegiatan diskusi, peserta kursus yang terdiri atas tim trainer dan operator meninjau kesiapan Polres Bekasi dalam kegiatan pengamanan pertandingan sepak bola antara Persija kontra Persikabo di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi.
Hasil tinjauan tersebut, tim pengajar menyimpulkan bahwa sistem pengamanan yang diterapkan Polri pada pengamanan Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi dalam penempatan persoalan dan jumlah personel sudah masuk dalam standar pengamanan yang cukup baik.
“Kesimpulan ini menjadi pembahasan pada materi berikutnya,” kata Agung.
Kursus manajemen pengamanan stadion ini dilaksanakan selama sembilan hari dari tanggal 25 Januari sampai dengan 2 Februari 2023. Diikuti 63 peserta dari Polri, Kementerian PUPR, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, PSSI, PT Liga Baru Indonesia (LIB) dan pemangku kepentingan terkait dalam penyelenggaraan sepak bola.
Kegiatan kursus ini menghadirkan pelatih dari Coventry University yang mengajarkan manajemen pengamanan stadion sesuai standar FIFA.
Baca juga: Kapolri tutup kursus manajemen pengamanan stadion
Baca juga: Persis lawan Bhayangkara FC di Stadion Maguwoharjo tanpa penonton
Baca juga: BNPT asesmen enam stadion untuk pastikan keamanan Piala Dunia U20
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2023