Jakarta, 7/10 (ANTARA) - Kementerian kelautan dan Perikanan secara aktif (KKP) terus mengembangkan komoditas ekspor ikan hias yang bernilai ekonomis tinggi. Komoditas ikan hias air tawar memiliki pasar yang potensial untuk pangsa ekspor sehingga perlu digenjot pengembangannya demi mendongkrak devisa negara. Tercatat, nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta , dan hingga April 2012 sendiri nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah mencapai sebesar US$ 5,241 juta. Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo dalam acara Awarding Ceremony 2nd All Indonesia Breeder Koi Show 2012 di Cibinong, Bogor, sore ini (7/10).
Sharif mengatakan, pembudidaya atau breeder merupakan salah satu kunci utama dalam rantai industri ikan hias. "Pemberian awards atau penghargaan bagi breeder khususnya ikan Koi sebagaimana dalam acara ini, saya pandang sangat penting dan strategis dalam memperkuat dan mempromosikan industri ikan hias, baik pada skala nasional maupun internasional. Di samping itu, para pembudidaya ikan hias berperan fundamental dalam menciptakan nilai tambah. Nilai tambah seekor ikan hias dapat mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah, tentunya hal ini merupakan suatu prestasi yang membanggakan sekaligus secara ekonomis menguntungkan.
Kementerian ini menyatakan dukungannya terhadap perluasan akses pemasaran komoditas ikan hias di pasar domestik maupun internasional dalam rangka pengembangan industrialisasi ikan hias. Saat ini, perkembangan bisnis produk perikanan non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias mengalami perkembangan yang cukup pesat di samping memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Tercatat, trend volume ekspor ikan hias telah mencapai peningkatan hingga 11,56 persen. Sedangkan, data yang terakumulasi sejak 2007 hingga 2011 lalu itu nilai ekspor ikan hias sudah mencapai peningkatan sebesar 23,36 persen pada periode yang sama.
Hal tersebut tidak terlepas dari keberadaan lima negara pengimpor ikan hias dari Indonesia. Kelimanya adalah Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Malaysia dan China yang mampu menyumbang devisa dari ikan hias dalam lima tahun terakhir. Saat ini sentra produksi ikan hias tersebar di beberapa daerah di Indonesia, seperti Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Sedangkan untuk ikan Koi, sentra produksi di wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta. Di sisi lainnya, budidaya ikan hias air tawar di Indonesia terbukti membawa manfaat bagi masyarakat luas dan menciptakan wirausahawan - wirausahawan baru. Hal tersebut didukung dengan teknologi budidaya ikan hias relatif mudah dikuasai masyarakat dan kegiatan budidaya dapat dilakukan pada skala rumah tangga, bahkan dengan lahan terbatas seperti yang dilakukan di Bekasi, Bogor, Bantul, Tulungagung dan daerah lainnya. Sharif menekankan pentingnya menjaga dan memelihara daya dukung dan kualitas sumberdaya alam agar berkelanjutan. "Kita perlu melakukan upaya memperbanyak penelitian dan promosi jenis - jenis ikan hias asli Indonesia, khususnya ikan hias air tawar," sambungnya.
Lantaran ikan hias lokal asli dari Indonesia banyak diminati dunia internasional seperti, ikan hias botia dari Sumatera, ikan arwana dan ikan cupang dari Kalimantan, ikan banggai cardinal dari Sulawesi, dan ikan arwana asal Irian. Bahkan, sekitar 400 jenis ikan hias dari sekitar 1.100 jenis ikan hias air tawar di dunia dimiliki indonesia. Selain itu terdapat sekitar 650 jenis ikan hias air laut. "Saya optimis bahwa industri ikan hias Indonesia akan terus berkembang," katanya.
Sementara data Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) menyebutkan perdagangan global ikan hias mencapai turn over 5 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 8 persen per tahun. Sebagian besar ikan hias tersebut, yakni 85 persennya merupakan ikan hias air tawar, dan sisanya yaitu 15 persen merupakan ikan hias laut. Dalam kesempatan tersebut, Sharif pun menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Daerah yang secara aktif mempromosikan bahkan menggunakan ikan hias andalan daerahnya sebagai icon/logo daerahnya, seperti Jakarta Barat dengan logo ikan cupang dan Kabupaten Tulungagung dengan logo ikan mas koki. "Hal ini perlu diikuti oleh Pemerintah Daerah lainnya yang memiliki keunggulan ikan hias lokal untuk dikembangkan," jelasnya.
Seiring dengan itu, KKP berupaya membangun dan menciptakan iklim usaha pengembangan ikan hias nasional yang dilakukan melalui pendekatan penguatan sistem akuabisnis. Untuk itu, KKP akan memulai pendekatan dari sektor hulu yang meliputi teknologi produksi, sarana dan prasarana hingga hilir yakni pemasaran menuju industrialisasi perikanan. Di samping itu, KKP berencana menerapkan berbagai program diantaranya, registrasi produk ikan hias, sertifikasi ikan hias serta promosi dan penguatan branding. Pada tahun ini, KKP akan terus menyokong para pembudidaya melalui program bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) yang menyisir sekitar 7.300 kelompok dengan alokasi sebesar Rp604 miliar.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Indra Sakti, SE, MM, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0818159705)
Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2012