Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Senin (30/1), menyatakan dirinya tidak akan menyetujui pengiriman jet tempur F-16 ke Ukraina.
"Tidak," kata Biden menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan keputusan itu.
Biden mengatakan hal itu saat dia kembali ke Gedung Putih usai melakukan perjalanan ke Baltimore, Maryland. Biden menambahkan dirinya berencana mengunjungi Polandia namun belum dapat mengonfirmasi tanggalnya.
Pernyataan Biden itu muncul di tengah memanasnya perdebatan tentang apakah AS akan mempersenjatai Ukraina, yang telah berkonflik dengan Rusia selama hampir satu tahun, dengan jet tempur buatan Barat.
Saat ditanya mengenai keputusan Pemerintah AS tentang kemungkinan pengiriman F-16 ke Ukraina, Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS Jonathan Finer mengatakan bahwa mereka belum mengesampingkan atau mempertimbangkan sistem tertentu.
"Kami telah mencoba untuk menyesuaikan bantuan kami dengan tahap peperangan Ukraina saat ini. Saya tidak dapat membuat pengumuman apa pun," kata Finer saat tampil di saluran berita MSNBC pada Kamis (26/1).
Meski mendapat permintaan secara terus-menerus dari otoritas di Kiev, jet tempur telah lama dipandang oleh pihak Barat sebagai sesuatu yang tabu dalam hal bantuan militer untuk Ukraina. Muncul kekhawatiran bahwa pengiriman tersebut menyebabkan eskalasi konflik tidak terkendali.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan di Twitter pada Rabu (25/1) bahwa mengamankan penyediaan jet tempur tipe Barat adalah salah satu tugas baru di masa mendatang untuk Ukraina.
Pada hari yang sama, AS dan Jerman mengumumkan keputusan masing-masing untuk mengirim tank tempur ke Ukraina.
Permohonan Ukraina atas jet tempur itu ditolak oleh Jerman, di mana Kanselir Olaf Scholz baru-baru ini mengatakan pesawat tempur tidak ada dalam daftar bantuan persenjataan Berlin untuk Ukraina.
"Pertanyaan tentang pesawat tempur tidak muncul sama sekali. Saya hanya bisa menyarankan agar tidak masuk ke dalam persaingan terus-menerus untuk saling mengalahkan sistem persenjataan," kata Scholz.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023