"Menyadari pentingnya sektor infrastruktur untuk menopang sektor-sektor ekonomi lainnya, kita bisa lihat banyak negara yang terus melakukan pembangunan infrastrukturnya meskipun sedang di masa resesi, (misalnya Amerika Serikat pada tahun 1930an dan China di saat pandemi)," ujar Sekretaris Jenderal PII Bambang Goeritno saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Mereka tetap menjaga pembangunan infrastrukturnya di masa resesi dunia. Begitu pula yang dilakukan Indonesia, kita harus tetap membangun dan memelihara infrastruktur meskipun di saat pandemi kita mengalami tekanan ekonomi yang cukup berat. Jadi pembangunan infrastruktur bisa menjadi bantalan sosial (social safety net) di kala resesi ekonomi,
Bambang mengatakan, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dasar (jalan raya, rel kereta api, jembatan, bandara, pelabuhan, bendungan, jaringan irigasi, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan lainnya) tidak boleh terhenti karena justru diharapkan kegiatan tersebut dapat mempertahankan gerak ekonomi suatu negara.
Baca juga: PII: IKN penggerak ekonomi masa depan lewat inovasi dan teknologi
Contohnya, infrastruktur transportasi adalah penopang dari semua pergerakan orang/barang, sektor pertanian membutuhkan jaringan irigasi, pabrik membutuhkan listrik, komunikasi memerlukan jaringan internet, dan lainnya.
Di samping itu adalah suatu kenyataan bahwa infrastruktur merupakan salah satu sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, terutama tenaga kerja lokal sehingga sektor ini dapat menjadi alternatif penyedia lapangan kerja yang dapat diandalkan.
"Bahkan dalam beberapa hal, di kala masa resesi justru harus dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan infrastruktur dasar tertentu seperti jalan dan rel kereta api, bandara yang dalam keadaan normal "window time" atau waktu jedanya sangat terbatas (biasanya hanya bisa dikerjakan 3 atau 4 jam sehari), karena di saat resesi masa jeda-nya menjadi bisa lebih panjang yang bisa meningkatkan competitive edge dari Indonesia," kata Bambang.
Selain hal-hal tersebut di atas yang juga sangat penting, lanjutnya, kandungan lokal dari infrastruktur sangat besar, sehingga bisa pula menggerakkan ekonomi di sektor-sektor lain di sepanjang rantai pasoknya.
Bank Indonesia membuat prediksi, walaupun terjadi perlambatan ekonomi global dari 2,6 persen ke 2,3 persen, ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh dengan kisaran 4,5 persen - 5,3 persen. Hal ini disebabkan dan didorong permintaan domestik yang semakin kuat.
Pada tahun 2023 yang terpenting investasi akan membaik, yang didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran modal Penanaman Modal Asing (PMA) dan penyelesaian Proyek Strategis Nasional.
Baca juga: PII: IKN penggerak ekonomi masa depan lewat inovasi dan teknologi
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023