Jakarta (ANTARA News) - Masa kritis mantan Presiden Soeharto yang masuk ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sejak Kamis (4/5) dan menjalani operasi usus, hingga Minggu (14/5) belum berakhir. "Saat ini masa kritis belum terlampaui, tetapi keadaannya jauh lebih baik dari kemarin," kata Dirut RSPP Adji Suprajitno di Jakarta, Minggu. Ia menyebutkan, kadar haemoglobin Soeharto meningkat menjadi 9,7 gram per desiliter dan dalam keadaan sadar penuh setelah menerima asupan makanan dan transfusi darah. "Fungsi pencernaan dan urine membaik, namun terlihat dari foto paru-paru masih menunjukkan keadaan kurang menggembirakan karena adanya kelebihan cairan tubuh," katanya. Koordinator Dokter Spesialis Tim Dokter Kepresidenan Djoko Rahardjo mengatakan, pendarahan usus Soeharto sudah mulai berkurang. "Kami perkirakan pendarahan sudah berhenti, setidak-tidaknya berkurang. Kadar Haemoglobinnya meningkat," katanya. Mantan Presiden Soeharto masuk ke RSPP sejak Kamis (4/5) karena mengalami pendarahan usus. Pada Minggu (7/5), mantan orang nomor satu masa Orde Baru itu menjalani operasi usus yang berlangsung selama sekitar tiga jam dari pukul 21.20 WIB hingga 00:20 WIB. Tim terpadu dokter dari Kepresidenan dan RS Pusat Pertamina melakukan operasi dengan memotong usus mantan presiden HM Soeharto sepanjang 40 Cm. "Kita ketahui pendarahan terjadi pada usus sebelah kiri dan kita sudah potong sepanjang 40 cm dan sudah buang kemudian disambung lagi," kata anggota tim dokter, Dr Hermansyah. Menurut Dr Hermansyah, dengan telah dipotongnya penyebab pendarahan tersebut maka diharapkan pendarahan sudah bisa berhenti karena sumbernya sudah dihilangkan. "Akan tetapi penyembuhannya akan memakan waktu lebih lama. Resiko penyembuhan lebih lama itu disebabkan oleh usia dan tubuhnya yang tidak prima sehingga beliau harus dirawat dengan hati-hati di ruang intensif (ICU)," kata Dr Hermansyah.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006