Data inflasi terbaru telah memungkinkan pejabat Fed untuk memandu pasar ke laju yang lebih lambat, dan mengingat preferensi mereka pada durasi kebijakan moneter yang ketat, kami memperkirakan moderasi dalam tekanan harga akan mengakibatkan Fed menuru
New York (ANTARA) - Dolar mempertahankan kenaikan moderat terhadap euro pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah data menunjukkan penurunan belanja konsumen AS dan pendinginan inflasi, dan investor menunggu serangkaian pertemuan bank sentral minggu depan.
Pengeluaran konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, turun 0,2 persen bulan lalu, Departemen Perdagangan mengatakan pada Jumat (27/1). Data untuk November direvisi lebih rendah menunjukkan pengeluaran tergelincir 0,1 persen bukannya naik 0,1 persen seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan belanja konsumen turun 0,1 persen.
Departemen Perdagangan melaporkan ukuran pilihan Federal Reserve untuk inflasi, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), naik 0,1 persen bulan lalu setelah kenaikan serupa pada November.
"PCE AS mendarat cukup banyak seperti yang diharapkan dan memiliki dampak yang sangat kecil pada keputusan Fed yang akan datang," kata Simon Harvey, kepala analisis valas di Monex Europe.
"Data inflasi terbaru telah memungkinkan pejabat Fed untuk memandu pasar ke laju yang lebih lambat, dan mengingat preferensi mereka pada durasi kebijakan moneter yang ketat, kami memperkirakan moderasi dalam tekanan harga akan mengakibatkan Fed menurunkan suku bunga ke level terminal 5,0 persen pada Maret," kata Harvey.
Pedagang berjangka yang terkait dengan suku bunga kebijakan Fed bertaruh pada Jumat (27/1) bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sekali lagi melampaui kenaikan seperempat poin minggu depan yang diperkirakan secara luas sebelum berhenti. Kisaran target saat ini adalah 4,25 persen hingga 4,5 persen.
Euro 0,17 persen lebih rendah pada 1,08725 dolar, tetapi tidak jauh dari tertinggi sembilan bulan di 1,09295 dolar yang disentuh pada Senin (23/1). Untuk minggu ini, mata uang bersama naik sekitar 0,2 persen.
Terhadap yen, dolar melemah 0,25 persen pada 129,89 yen karena pembacaan inflasi Tokyo yang panas memicu taruhan bahwa perubahan arah menjadi hawkish dari bank sentral Jepang (BoJ) mungkin akan segera terjadi.
Data menunjukkan inflasi harga konsumen di ibukota Jepang melaju ke puncak hampir 42 tahun bulan ini, menambah tekanan pada BoJ untuk menjauh dari stimulus.
Perhatian kini beralih ke sejumlah keputusan kebijakan bank sentral, dengan The Fed, Bank Sentral Eropa, dan Bank Sentral Inggris (BoE) semuanya akan membuat keputusan suku bunga minggu depan ketika mereka menilai penyesuaian kebijakan apa yang mungkin diperlukan dalam pertempuran mereka melawan inflasi yang merajalela dengan latar belakang ekonomi global yang sulit.
"(Ada) banyak peristiwa risiko yang akan terjadi dalam waktu dekat. Belum tentu dalam hal suku bunga untuk minggu depan, tetapi lebih banyak panduan ke depan yang akan diberikan oleh bank-bank sentral," kata Harvey.
Sterling tergelincir 0,12 persen menjadi 1,2397 dolar, di tengah kekhawatiran investor bahwa perlambatan ekonomi Inggris dapat mendorong BoE untuk segera mengakhiri siklus pengetatannya, sebuah langkah yang mungkin melemahkan pound dalam jangka pendek.
Sementara itu, bitcoin naik 1,5 persen menjadi 23.337 dolar AS, dengan kecepatan untuk menyelesaikan minggu ini naik sekitar 2,6 persen, kenaikan mingguan keempat berturut-turut, menyusul kerugian besar yang dipicu oleh runtuhnya bursa kripto utama FTX.
Baca juga: Emas melemah 0,6 dolar AS setelah data inflasi AS sesuai perkiraan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023