"Bandung adalah tempat kontemplasi ideologis terpenting bagi Bung Karno. Alamnya yang indah mendorong situasi kontemplasi,” kata Hasto Kristiyanto di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Hasto menceritakan sejarah Soekarno dengan Kota Bandung. Pada umur 26 tahun, Soekarno menemukan pemikiran mengenai Indonesia Merdeka dari kota ini.
Dari situ, katanya, Soekarno bertemu dengan rakyat, salah satunya Pak Marhaen, yang menginspirasi pemikirannya mengenai Indonesia Merdeka.
Dari kota Bandung semangat juang Soekarno semakin bergelora demi memerdekakan Indonesia sehingga PDIP berharap anak-anak muda bisa mengambil semangat juang itu.
Di Bandung ini pula, lanjut Hasto, dilaksanakan Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955 yang kemudian menginspirasi Gerakan Non Blok (GNB). Kejadian itu yang mengubah peta dunia dengan lahirnya Dasasila Bandung.
Baca juga: PDIP: Stabilitas pemerintahan desa wujudkan desa maju
Baca juga: Hasto nilai sistem proporsional terbuka reduksi skor "party-id"
Jadi, menurut dia, kalau anak muda Bandung tak punya "spirit" mengguncang dunia berarti hal itu menyia-nyiakan sejarah sendiri.
“Jangan sia-siakan sejarah Bandung yang terkenal di seluruh penjuru dunia itu,” kata dia.
Sebanyak 100 anak muda Kota Bandung berkumpul untuk mengikuti acara "Ngobrol Santai Bareng' (Ngobras) Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto di Kantor DPC Kota Bandung, Jumat.
Hasto tak sendiri saat berdiskusi bersama para anak muda. Moderatornya Budayawan Budi Dalton.
Kemudian ada Ustadz Tatan Ahmadz Santana yang merupakan Pengurus Dewan Tafkir PP Persis dan Ketua DPD PDIP Jawa Barat Ono Surono.
Budi Dalton sebagai moderator sejak awal mengarahkan diskusi mengenai Proklamator RI Soekarno bagaimana kehidupan Sang Proklamator di Kota Bandung pada masanya.
“Ngobrol soal Soekarno tak bisa lepas dari Jawa Barat. Guru-guru beliau, teman beliau, banyak sekali dari Jawa Barat ini,” kata Budi Dalton.
Budi Dalton u mengatakan bahwa baginya, yang harus dipahami para anak muda yakni musuh terbesar orang Indonesia itu adalah perpecahan.
“Itulah yang perlu kita jaga (jangan sampai terjadi perpecahan)," ujarnya.
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023