Jakarta (ANTARA) - Elena Rybakina digambarkan oleh pelatihnya sebagai pribadi yang sangat simpel diajak bekerja, namun itu menutupi kepercayaan diri yang sangat besar yang telah mendorongnya ke final Australian Open pada Sabtu nanti.
Petenis 23 tahun itu sudah berstatus juara Wimbledon dan melaju tanpa kendala berarti menuju final keduanya di turnamen Grand Slam, di mana ia akan berhadapan dengan Aryna Sabalenka.
Rybakina begitu bersemangat sehingga dia tetap tidak terganggu saat menjalani pertandingan babak pertama di Court 13 yang bukan arena utama turnamen di Melbourne Park.
"Saya benar-benar tidak peduli di lapangan mana saya bermain," kata Rybakina menyusul 'penghinaan' dari penyelenggara turnamen terhadap seorang pemegang titel mayor.
Meski demikian, dia sudah terbiasa diremehkan.
Rybakina lahir di Moskow, Rusia dan berganti kewarganegaraan menjadi warga Kazakhstan pada 2018 dengan imbalan bantuan finansial dan pelatihan setelah dia frustasi karena kurangnya minat dari negara kelahirannya.
Baca juga: Rybakina kalahkan Azarenka untuk ke final Australian Open
Dia tidak menyesali keputusan tersebut dan mengatakan bahwa ia merasa para penggemar Kazakhstan menerimanya saat Olimpiade Tokyo 2021.
"Saya mendapat begitu banyak dukungan dari seluruh dunia, tapi paling banyak saya kira adalah dari Kazakhstan, pastinya" kata Rybakina pada pekan ini.
"Perasaan pertama di mana saya benar-benar mendapatkan banyak dukungan adalah di Olimpiade... Menerima semua pesan dukungan itu dan segalanya."
Pergantian kewarganegaraan itu memungkinkan dia tampil di Wimbledon tahun lalu saat atlet Rusia dan Belarus terkena sanksi bertanding, meskipun Rybakina tidak mendapatkan poin peringkat yang berarti sebagai unggulan ke-22 dirinya berada di bawah radar saat tiba di Melbourne Park.
Dia sangat percaya diri menuju final keduanya di turnamen mayor dalam tujuh bulan terakhir, setelah melewati berbagai laga dengan kehilangan hanya satu set serta menyingkirkan peringkat satu dunia Iga Swiatek.
Perilaku dan pribadi Rybakina adalah yang membuat talentanya spesial, kata sang pelatih Stefano Vukov.
Baca juga: Azarenka jumpa Rybakina di semifinal Australian Open
"Dia adalah gadis yang luar biasa. Dia mendengarkan, selalu mendengarkan. Itu sangat langka, saya rasa," kata Vukov dikutip AFP jelang laga final, Jumat.
"Dia terjun 100 persen ke dalam olahraga ini, itu yang dia lakukan. Sangat tenang, tabah, tapi seorang yang ramah, dengan keluarga dan orang tua yang luar biasa.
"Tidak ada yang memberi dia tekanan. Sangat mudah dihadapi. Gadis yang sangat simpel."
Vukov yakin capaian di Wimbledon akan memberi Rybakina keunggulan melawan unggulan kelima asal Belarus, Sabalenka, yang juga suka bermain tenis menggunakan tenaganya.
"Saya rasa pengalaman adalah faktor yang besar. Sekali Anda melewati perjalanan yang berat, Anda tahu apa yang akan dihadapi, kurang lebih, secara emosional," kata dia.
Tidak seperti Rybakina, yang tampak tidak terpengaruh bahkan ketika pelatihnya membentaknya dari kotak pemain, Sabalenka tak dapat menutupi emosinya.
"Saya rasa Aryna adalah pemain yang sangat kuat, punya forehand yang hebat," kata Vukov.
"Terkadang servisnya bagus, tapi hari berikutnya bisa jelek, itu sesuatu yang akan kami coba manfaatkan besok.
"Saya rasa siapa yang servis dengan baik besok akan menang. Itu yang saya rasakan."
Baca juga: Ketenangan batin "senjata" Sabalenka di Australian Open
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2023