Sejong (ANTARA) - Jumlah kelahiran di Korea Selatan mencapai rekor terendah pada November 2022, yang mencerminkan krisis populasi di negara tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Korsel yang dirilis pada Kamis (26/1), tercatat ada 18.982 bayi yang lahir pada November, turun 4,3 persen dari 2021.
Jumlah tersebut adalah angka terendah di antara data pada setiap November sejak badan itu mulai mengumpulkan data terkait pada 1981.
Korsel menghadapi tren penurunan angka kelahiran yang drastis karena banyak penduduk muda yang memilih untuk menunda atau tidak memiliki anak di tengah perlambatan ekonomi dan tingginya harga rumah.
Selama Januari-November 2022, misalnya, 231.863 bayi lahir, atau turun 4,7 persen dari tahun sebelumnya.
Korsel juga mencatat tingkat fertilitas total (TFR) yang rendah, yaitu hanya 0,79 pada kuartal ketiga tahun lalu.
TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan semasa hidupnya.
TFR Korsel pada 2021 tercatat 0,81, yang menandai empat tahun berturut-turut di bawah 1.
Angka tersebut jauh dari angka ideal 2,1 yang dapat menjaga jumlah penduduk Korsel stabil pada 51,5 juta jiwa.
Pada 2020, negara itu untuk pertama kalinya mencatat angka kematian yang lebih tinggi ketimbang angka kelahiran.
Ada 275.800 kelahiran pada 2020, turun 10 persen dari 2019, sedangkan jumlah kematian mencapai 307.764 orang.
Pada Januari-November 2022, Korsel mencatat 107.004 kematian. Untuk November saja, angkanya mencapai 30.107 atau naik 6,1 persen dari November 2021.
Data juga menunjukkan angka pernikahan di Korsel pada 2022 naik 2,2 persen menjadi 17.458 pada November.
Kenaikan itu terjadi menyusul adanya pelonggaran aturan COVID-19 di negara itu.
Sumber: Yonhap-OANA
Baca juga: Tagihan biaya energi melambung, Korsel akan tingkatkan voucher bantuan
Baca juga: Korsel akan cabut kewajiban pakai masker dalam ruangan
Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023