pemerintah desa disarankan agar menggunakan sebagian dana desa untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik.
Mukomuko (ANTARA) -
Pulai Payung merupakan desa pertama dari 148 desa di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, yang memiliki pasar tradisional yang aktif beroperasi setiap hari.

Keberadaan pasar tradisional harian di desa berpenduduk 2.000 jiwa terdiri atas 551 keluarga ini selain meningkatkan ekonomi masyarakat, juga menambah tumpukan sampah di wilayah tersebut.

Kepala Desa Pulai Payung, Kecamatan Ipuh, Mustarrudin menyebutkan volume sampah di desa ini sebanyak 800 kilogram per hari.

Volume sampah sebanyak itu berasal dari rumah tangga dan aktivitas jual beli di pasar tradisional harian di wilayah ini.

Selama ini warga se-Kecamatan Ipuh membuang sampah di pasar tradisional sehingga menimbulkan timbunan yang cukup banyak, ditambah sampah berasal dari aktivitas jual beli di pasar.

Meskipun volume sampah di pasar tradisional di wilayah ini cukup banyak, truk angkutan sampah dari Dinas Lingkungan Hidup setempat tidak rutin mengangkut sampah, atau hanya satu kali dalam seminggu sehingga masih banyak sisa sampah yang tidak terangkut.

Untuk itu, Pemerintah Desa Pulai Payung melalui BUMDes Pulai Payung Sejahtera berinisiatif melakukan pengelolaan sampah di pasar tradisional di wilayah ini.

"Kita sekarang ada satu armada, yang merupakan aset desa dari pendapatan asli desa, untuk mengangkut sampah dari masyarakat dan pasar tradisional," ujarnya.

BUMDes Pulai Payung Sejahtera melalui unit usaha bank sampah dan armada yang ada, selain mengangkut sampah dari pasar tradisional harian, juga membawa sampah rumah tangga di desa ini dan desa lain di Kecamatan Ipuh.

Aktivitas usaha pengangkutan sampah dari setiap rumah tangga di daerah ini diatur dalam Nota Kesepahaman atau MoU antara BUMDes Pulai Payung Sejahtera dengan warga terkait hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Peroleh pendapatan
BUMDes Pulai Payung Sejahtera baru sebulan terakhir ini melakukan usaha pengelolaan sampah pengangkutan sampah rumah tangga dan pasar tradisional di wilayah itu menjadi pupuk organik.

Dari aktivitas pengangkutan sampah rumah tangga dan tempat usaha di desa se-Kecamatan Ipuh, BUMDes Pulai Payung Sejahtera ini memperoleh pendapatan setiap bulan.

Saat ini jumlah warga masyarakat yang menjadi pelanggan Bank Sampah BUMDes Pulai Payung Sejahtera sebanyak 300 keluarga.

Sebanyak 300 keluarga tersebut, rata-rata masyarakat di Kecamatan Ipuh yang punya usaha ruko, rumah makan, dan usaha lainnya.

Dari hasil jasa pengangkutan sampah tersebut, setiap pelanggan atau rumah/keluarga membayar iuran sebesar Rp40 ribu hingga Rp100 ribu atau tergantung dengan volume sampah dan kesepakatan.

"Dari pelanggan sebanyak 300 keluarga tersebut, BUMDes memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp10 juta per bulan," ujar Mustarrudin.

BUMDes Pulai Payung Sejahtera selain memperoleh pendapatan dari pengangkutan sampah rumah tangga dan tempat usaha, ada pula pendapatan dari penjualan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi.

Terdapat lima tenaga kerja khusus mengurus sampah, yang bertugas di armada ada tiga orang, di bank sampah dua orang, ditambah lima pengurus BUMDes yang ikut serta mengelola usaha ini.

Para pekerja itu memilih plastik, besi, logam yang ada nilai ekonominya, lalu dikumpulkan nanti dijual kepada pengepul atau diolah sendiri.

Harga sampah plastik sebesar Rp2.000 per kg, kardus Rp1.000 per kg, aluminium Rp13.000 per kg, dan besi Rp5.000 per kg.

BUMDes juga mengolah sampah basah di pasar tradisional, seperti sayur-sayuran dan limbah rumah makan, seperti bekas nasi dan ikan untuk dijadikan pupuk kompos.

Semua sampah basah yang sudah diolah menjadi pupuk organik, nantinya untuk dijual. Namun, sekarang ini masih dipakai sendiri untuk warga di wilayah ini yang menanam sayuran.

Unit usaha tersebut memanfaatkan gedung TPS 3R atau Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, dan Recycle di desa ini untuk mengelola semua limbah tersebut. Desa ini memang punya bangunan TPS 3R yang dibuat pada tahun 2015 dari APBD melalui Dinas PUPR provinsi.

Program prioritas
Pemerintah Desa Pulai Payung pada tahun ini mengalokasikan anggaran Rp120 juta dari dana desa untuk program ketahanan pangan, salah satunya mengolah sampah jadi pupuk kompos.

Dengan dana ketahanan pangan tersebut, desa ini juga akan membeli mesin pembuat pelet untuk pakan ikan, budi daya ikan air tawar, ternak ayam, kambing, dan kebun sayuran.

Menurut Kades, semua kegiatan yang bersumber dari dana ketahanan pangan tahun ini akan terintegrasi, yakni dari kotoran ternak menghasilkan pupuk kompos dan cair.

Pembangunan kebun sayuran memanfaatkan pupuk kompos yang berasal dari kotoran hewan ternak dan hasil pengolahan sampah rumah tangga dan pasar tradisional.

Mesin pembuatan pelet untuk menghasilkan pakan ikan, yang selain digunakan sendiri untuk pakan ikan yang dibudidayakan oleh unit usaha BUMDes, juga bisa dijual kepada peternak ikan di luar desa ini.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko mendukung BUMDes Pulai Payung Sejahtera dalam melakukan pengelolaan sampah di wilayahnya dan aktivitas BUMDes ini bisa jadi proyek percontohan bagi desa lain.

BUMDes ini selain mengolah sebagian sampah di wilayah itu, juga menjual pupuk organik guna menambah pendapatan asli desa.

"Kegiatan ini selain untuk membersihkan wilayah ini dari sampah, juga menambah pendapatan desa," kata Kabid Pengolahan Sampah, Limbah B3, dan Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mukomuko Rhomy Pebrias.

BUMDes tersebut bersama anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat mengolah sampah menjadi pupuk organik. Dari usaha ini menghasilkan pendapatan.

Di desa tersebut sudah ada truk sampah, yang kemudian sampahnya dipilih untuk mencari sampah organik kemudian dijadikan pupuk.

Truk tersebut milik desa dan yang secara rutin mengangkut sampah, kemudian anggota PKK memilih sampah organik yang bisa dijadikan pupuk.

Hingga saat ini baru satu BUMDes di daerah ini yang mengolah sampah menjadi pupuk organik. Pupuk tersebut selain digunakan sendiri, juga dijual kepada petani.

BUMDes di wilayah ini bisa menjadi proyek percontohan bagi BUMDes di daerah lain, untuk melakukan kegiatan yang sama guna membebaskan wilayahnya dari sampah.

Pihaknya rutin menyarankan masyarakat dan pemerintah desa agar menggunakan sebagian dana desa untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik.

Volume sampah di daerah ini pada tahun 2022 sekitar 4,2 ton per hari, meningkat dibandingkan tahun 2021 sekitar 3,5 ton per hari.

Namun, sementara ini, pihaknya hanya mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara dan pasar tradisional ke tempat pembuangan akhir sampah.

Oleh karena itu diperlukan solusi jitu pengolahan sampah. Ikhtiar ini bukan saja mengurangi polusi, melainkan bisa meraup rupiah untuk menyejahterakan warga desa.













Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023