Bengaluru (ANTARA) - Harga minyak naik tipis untuk sesi kedua beruntun di perdagangan Asia pada Jumat sore, didukung oleh pertumbuhan ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan dan harapan pemulihan cepat dalam permintaan China karena kasus COVID-19 dan kematian turun dari level puncak bulan lalu.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 18 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 87,65 dolar AS per barel pada pukul 07.24 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediare (WTI) AS terangkat 22 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 81,23 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak telah naik lebih dari satu persen pada Kamis (28/1/2023).
Harga datar dibandingkan dengan penutupan Jumat lalu (20/1/2023). Jika berakhir pada level yang lebih tinggi, itu akan menandai kenaikan mingguan ketiga berturut-turut untuk minyak mentah.
"Minyak mungkin mengalami kesulitan membuat langkah substansial untuk menyelesaikan minggu ini, karena banyak pedagang akan menunggu untuk melihat apa yang terjadi dengan dua peristiwa besar minggu depan; pertemuan virtual OPEC+ tentang produksi dan keputusan FOMC," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Delegasi OPEC+ akan bertemu minggu depan untuk meninjau tingkat produksi minyak mentah, di tengah dukungan stabil untuk harga minyak mentah dari permintaan yang kuat untuk bahan bakar jet dan solar. Federal Reserve AS akan memutuskan kenaikan suku bunga lagi, karena inflasi mereda dan produk domestik bruto membaik.
Keuntungan pada minyak mentah AS dibatasi oleh 4,2 juta barel persediaan di Cushing, pusat penetapan harga untuk minyak berjangka NYMEX, awal pekan ini.
Namun, pasar minyak didorong oleh optimisme luas pada hari pertama kembalinya pasar saham China karena pembukaan kembali China masih memainkan peran utama dalam meningkatkan prospek permintaan, kata Tina Teng, analis di CMC Markets.
Kasus COVID-19 yang sakit kritis di China turun 72 persen dari puncaknya awal bulan ini, sementara kematian harian di antara pasien COVID-19 di rumah sakit telah turun 79 persen dari puncaknya, menunjukkan normalisasi ekonomi China dan meningkatkan ekspektasi pemulihan dalam permintaan minyak.
"Faktor bullish jangka pendek adalah pemadaman baru-baru ini di kilang-kilang AS membantu mendorong harga bensin, meskipun persediaan minyak mentah AS mencapai level tertinggi 16 bulan," kata Teng.
Baca juga: Harga emas jatuh setelah data ekonomi AS lebih kuat dari perkiraan
Baca juga: Yen menguat didorong spekulasi perubahan arah kebijakan BoJ
Baca juga: Dolar terkerek karena data AS yang kuat mendukung sikap "hawkish" Fed
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023