XBB.1.5 sejauh ini bentuk Omicron yang paling mudah menular
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI memastikan tiga warga yang mengalami kontak erat dengan pengidap Subvarian Omicron XBB.1.5 atau Kraken di Indonesia seluruhnya negatif.

"Sudah dilakukan kontak tracing dan semua kontak negatif," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, skrining kontak erat dilakukan terhadap satu warga DKI Jakarta dan dua warga Kalimantan Selatan.

Menurut Nadia, kasus Kraken yang dilaporkan di Indonesia hingga sekarang baru satu kasus yang dialami pelaku perjalanan asal Polandia di Balikpapan pada 11 Januari 2023.

"Pasien ini gejalanya batuk ringan. Setelah isolasi mandiri selama delapan hari, sudah negatif," ujarnya.

Baca juga: Kraken menjangkiti pelaku perjalanan asal Polandia di Balikpapan
Baca juga: Menkes telusuri kontak erat pasien COVID-19 Kraken di Indonesia

Dikonfirmasi terpisah, pakar ilmu kesehatan yang juga Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong otoritas terkait untuk meningkatkan pengawasan kasus usai temuan Kraken di Indonesia.

"WHO memang menyatakan bahwa XBB.1.5 sejauh ini bentuk Omicron yang paling mudah menular," katanya.

Di sisi lain, kata Tjandra, WHO juga menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah bahwa Kraken menimbulkan penyakit lebih parah.

"Tentu ini masih fase awal kemunculannya dan kami lihat perkembangannya di waktu mendatang," katanya.

Menurut Tjandra, juga ada kemungkinan bahwa Kraken dapat menghindar dari kekebalan tubuh yang sekarang sudah terbentuk, baik karena vaksin ataupun infeksi alamiah.

Baca juga: Rusia laporkan kasus pertama subvarian COVID-19 'kraken'
Baca juga: Subvarian Omicron XBB.1.5 sumbang hampir separuh kasus COVID-19 di AS


Tjandra merekomendasikan pemakaian masker kembali pada keadaan yang berisiko, misalnya dalam pesawat terbang.

Perkembangan Kraken, menurut Tjandra, perlu diwaspadai dengan cara mendeteksi adanya kemungkinan kasus dengan tes PCR dan pemeriksaan Whole Genome Sequencing.

Ia juga mendorong untuk dilakukan pelacakan kontak secara intensif, karena lebih mudah menular.

"Upayakan ketersediaan vaksin bivalen yang relevan untuk varian lama dan juga Omicron," katanya.

Baca juga: Apa yang kita ketahui tentang subvarian Omicron XBB.1.5?
Baca juga: Menkes sebut lonjakan COVID-19 disebabkan varian baru bukan mobilitas

Baca juga: Dua varian COVID-19 yang merebak di China terdeteksi di Malaysia

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023