Nusa Dua, Bal (ANTARA News) - Kelompok negara-negara anggota D-8 dalam Deklarasi Bali hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-5 yang berlangsung di Nusa Dua, antara lain menyepakati kerjasama di bidang energi terutama untuk mengatasi krisis energi yang saat ini terjadi. Salah satu butir Deklarasi Bali menyebutkan komitmen anggota D-8 untuk mengembangkan energi alternatif dan mencari sumber energi yang terbarukan seperti bio-fuel, biomess, hydro, tenaga matahari, angin dan energi nuklir untuk tujuan damai. Pimpinan D-8, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa pers usai acara penutupan KTT, Sabtu petang, mengatakan empat dari delapan negara anggota D-8 adalah penghasil minyak dan gas bumi yang produksinya mencapai 12 persen dari total produksi minyak dan gas bumi dunia. Namun dalam pembicaraan D-8 disadari bahwa energi yang bersumber dari fosil alam akan terus mengalami penurunan sehingga harus segera dicari alternatif sumber energi lain, terutama yang terbarukan. "Masalah energi kita bahas dengan sungguh-sungguh dalam KTT ini. Dan justru kita menginginkan kerjasama yang lebih konkrit dalam mencari energi yang terbarukan seperti bio energi," katanya. Selain masalah tersebut KTT D-8 juga menyepakati berbagai aktivitas yang akan dilakukan kelompok negara anggota selama 2007 sebagai tindak lanjut dari deklarasi tersebut. Sejumlah 12 agenda direncanakan untuk dilakukan antara lain pertemuan kelompok dalam energi yang dikoordinir oleh Indonesia, agenda peningkatan kapasitas pendanaan sektor mikro yang juga dikoordinir oleh Indonesia, pertemuan kelompok di bidang industri dengan koordinator Malaysia dan agenda pelaksanaan Workshop tentang data dan manajemen usaha kecil menengah dengan dikoordinir oleh Pakistan dan Workshop mengenai pembangunan infrastruktur keuangan yang dikoordinir oleh Mesir. Dalam kesempatan itu, Yudhoyono juga membantah bahwa KTT ke-5 D-8 ini berada di bawah bayang-bayang isu nuklir Iran karena pertemuan ini sudah diagendakan secara rutin sejak dua tahun yang lalu. "Pertemuan ini tidak di bawah bayang-bayang isu nuklir Iran karena kita sudah mengagendakan pertemuan ini sejak dua tahun yang lalu. Untuk 2008 di Malaysia, apapun yang terjadi pertemuan akan tetap dilaksanakan," demikian Yudhoyono.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006