Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Kepala negara dan kepala pemerintahan kelompok negara berkembang 8 (D-8), Sabtu, melakukan pertemuan informal membicarakan masalah global usai menyaksikan penandatanganan perjanjian kerjasama bidang perdagangan (PTA) dan kesepakatan bantuan administrasi kepabeanan oleh menteri terkait masing-masing negara.
Pertemuan informal tersebut merupakan rangkaian dari acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 di Nusa Dua Bali sejak 9 - 13 Mei 2006.
Delapan kepala negara atau kepala pemerintahan yang hadir adalah Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, Menteri Kerjasama Internasional Mesir Fayza Aboulnaga, Menteri Luar Negeri Bangladesh Morshed Ghal, Presiden Nigeria Olesegun Obasanjo, Perdana Menteri Pakistan Shaukat Aziz dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan.
Para kepala negara itu dijadwalkan melakukan pertemuan informal selama dua jam yang dimulai sekitar pukul 15.45 WITA dan hingga pukul 17.15 WITA masih berlangsung.
Presiden Yudhoyono memasuki ruangan pertemuan bersama-sama dengan Presiden Iran diikuti oleh kepala negara lainnya.
Pada kesempatan sebelumnya Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Ditjen Multilateral Departemen Luar Negeri Linggawati Hakim mengatakan bahwa pertemuan informal itu tidak termasuk membicarakan isu nuklir Iran.
"Saya perlu meluruskan pemberitaan sejumlah media sebelumnya yang menyebutkan bahwa isu nuklir Iran menjadi agenda utama KTT D-8. Itu tidak benar karena D-8 adalah suatu organisasi yang lebih menitikberatkan perhatian pada masalah ekonomi dan perdagangan serta sebisa mungkin menghindari pembahasan isu yang bersifat politis," katanya saat ditemui Kamis (11/5).
Namun, menurutnya, bukan berarti Iran tidak boleh mengangkat isu nuklir itu sama sekali.
"Iran boleh saja jika ingin membawa isu tersebut," katanya.
Linggawati menambahkan, Indonesia sebagai Ketua D-8 akan mengusulkan untuk membahas masalah peningkatan volume perdagangan dan investasi diantara negara anggotanya.
"Walapun begitu tidak menutup kemungkinan kepala negara lainnya mengangkat isu di luar itu, termasuk politik," ujarnya.
Organisasi D-8 dibentuk di Istambul Turki pada 15 Juni 1997 oleh Indonesia, Turki, Mesir, Iran, Malaysia, Bangladesh dan Pakistan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006