Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Septian Hario Seto mengatakan pemerintah tengah terus mendorong masuknya investasi asing (foreign direct investment/FDI) menyusul tekanan suku bunga yang dinilai menahan investor domestik.

"Investasi ini penting, dari segi domestik, tekanan suku bunga akan mempengaruhi negatif, jadi kita sedang mendorong investasi dari sisi FDI," katanya dalam BRI Micro Finance Outlook 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Seto menjelaskan pemerintah mencatat ada hampir 30 miliar dolar AS investasi di dalam pipeline atau tengah dalam persiapan untuk segera dieksekusi dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

"Pipeline ini bukan berarti masih perencanaan tapi mereka sudah tahap konstruksi, sudah tahap apply (mengajukan) izin dan insentif. Jadi saya kira ini tinggal bagaimana usaha pemerintah untuk mempercepat realisasi dari FDI ini," katanya.

Seto menjelaskan, pemerintah kini punya strategi agar tidak lagi mengejar satu proyek investasi dengan proyek investasi lainnya. Pemerintah kini membidik pengembangan ekosistem yang menyeluruh agar dampak pertumbuhan ekonomi di daerah lokasi investasi lebih signifikan.


Baca juga: Arus masuk FDI China naik 9,9 persen dalam 11 bulan pertama 2022

"Jadi tidak lagi project by project hanya untuk smelter, atau hanya untuk baterai, tapi kita buat ini sebagai satu ekosistem. Jadi dari pertambangannya, kawasan industri untuk pengolahan nikel, lalu baterai material, mobil listriknya, sehingga ini jadi satu ekosistem yang sangat baik," katanya.

Secara jangka panjang, dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, pasar yang besar dan potensi energi baru dan terbarukan yang tersedia, Seto mengatakan faktor-faktor tersebut akan sangat menarik bagi investor untuk bisa masuk ke Indonesia.

Namun, ia menekankan, semua potensi itu harus dikelola secara baik agar daya saing produk yang dihasilkan Indonesia tetap tinggi di pasar global.

Seto menyebut strategi utama yang akan dilakukan pemerintah yakni dengan mengelola sumber daya alam mineral seperti nikel, timah, bauksit dan tembaga, dengan memanfaatkan potensi energi baru dan terbarukan.

"Kita punya nikel terbesar dunia, timah nomor dua, bauksit nomor enam, tembaga nomor tujuh. Bagaimana ini semua kita bisa olah dengan renewable energy yang kita miliki sehingga daya hasil dari produk mineral ini memiliki karbon emisi yang rendah, sehingga daya competitiveness-nya di pasar global akan semakin tinggi," katanya.


Baca juga: Luhut: Ada investasi 31 miliar dolar AS siap dieksekusi

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023