angin tersebut mendorong awan-awan hujan dari perairan menuju daratanParik Malintang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan tingginya curah hujan yang menyebabkan bencana di sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) pada Senin (23/1) disebabkan ada belokan angin dengan kecepatan 18 knots dari Samudra Hindia.
"Angin tersebut mendorong awan-awan hujan dari perairan menuju daratan. Hal ini yang mendorong hujan merata di Sumbar dengan intensitas lebat dan sangat lebat," kata Kepala Stasiun Klimatologi Sumbar Heron Tarigan di Padang, Selasa.
Ia mengatakan dari citra kondisi awan yang terbentuk memiliki suhu yang dingin berwarna jingga hingga krem yang berpotensi menyebabkan terjadinya hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dengan durasi yang lebih lama.
Awan-awan yang terbentuk di Samudera Hindia tersebut terdorong terus oleh adanya angin yang cukup kencang sekitar 18 knot pada lapisan 925 Hpa dengan arah berbelok menuju ke daratan pulau Sumatera.
Pemanasan suhu muka laut di pagi hingga siang hari membentuk awan-awan konvektif (rendah). Awan rendah tersebut (cumulus dan cumulonimbus) terkonsentrasi sangat tebal pada pukul 13.00 WIB di Kota Padang, Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan dengan intensitas hujan sangat lebat atau hujan ekstrem.
Baca juga: BPBD: Empat bencana hantam Kota Padang akibat cuaca buruk
Baca juga: Pohon tumbang dan longsor terjadi di Padang akibat cuaca buruk
Ia juga mengungkapkan terkait dengan hujan yang terjadi di Padang Pariaman khususnya di Kecamatan 2x11 Kayu Tanam merupakan hujan dengan intensitas paling tinggi sepanjang 38 tahun terakhir dengan curah hujan 251,6 milimeter.
Hujan dengan intensitas tinggi kedua di kecamatan tersebut terjadi pada 22 September 2022 dengan curah hujan 239,6 milimeter. Pada 30 Januari 2004 juga pernah terjadi hujan ekstrem dengan curah hujan 235 milimeter.
Sebelumnya Lima daerah di Sumatera Barat diterjang banjir dan tanah longsor akibat tingginya curah hujan yang mengguyur sejak Senin (23/1) siang hingga Selasa (24/1) dini hari.
"Ada lima daerah yang melaporkan kejadian bencana masing-masing Agam, Padang Pariaman, Padang dan Pesisir Selatan dan Mentawai. Hingga pagi ini personel BPBD daerah setempat terus memantau situasi," kata Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Jumaidi di Padang.
Sejumlah masyarakat terdampak banjir tadi malam juga sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena khawatir air terus naik ke pemukiman, namun pagi ini sebagian besar sudah kembali ke rumah masing-masing.
Baca juga: BMKG ungkap penyebab suhu rendah di Sumbar pada pagi hari
Ia juga mengungkapkan terkait dengan hujan yang terjadi di Padang Pariaman khususnya di Kecamatan 2x11 Kayu Tanam merupakan hujan dengan intensitas paling tinggi sepanjang 38 tahun terakhir dengan curah hujan 251,6 milimeter.
Hujan dengan intensitas tinggi kedua di kecamatan tersebut terjadi pada 22 September 2022 dengan curah hujan 239,6 milimeter. Pada 30 Januari 2004 juga pernah terjadi hujan ekstrem dengan curah hujan 235 milimeter.
Sebelumnya Lima daerah di Sumatera Barat diterjang banjir dan tanah longsor akibat tingginya curah hujan yang mengguyur sejak Senin (23/1) siang hingga Selasa (24/1) dini hari.
"Ada lima daerah yang melaporkan kejadian bencana masing-masing Agam, Padang Pariaman, Padang dan Pesisir Selatan dan Mentawai. Hingga pagi ini personel BPBD daerah setempat terus memantau situasi," kata Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Jumaidi di Padang.
Sejumlah masyarakat terdampak banjir tadi malam juga sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena khawatir air terus naik ke pemukiman, namun pagi ini sebagian besar sudah kembali ke rumah masing-masing.
Baca juga: BMKG ungkap penyebab suhu rendah di Sumbar pada pagi hari
Baca juga: Pemkot Bukittinggi minta warga jauhi bibir ngarai saat hujan deras
Baca juga: Kota besar di Indonesia berpeluang diguyur hujan
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023