Bandar Lampung (ANTARA News) - Pasca getaran gempa berkekuatan 5,9 (bukan 5,6) pada Skala Richter (SR) di laut 56 km Selatan Tanjungkarang-Bandar Lampung, Jumat sore dengan kedalaman 14 km, sejumlah warga sempat mencemaskan ancaman gelombang pasang (tsunami) dan gempa susulan lebih kuat. Namun Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Lampung di Branti, Bambang Nova Setyanto kepada ANTARA Bandar Lampung, Jumat malam, menjelaskan secara ilmiah banyak faktor yang dapat menimbulkan tsunami akibat gempa tektonik seperti itu. "Sampai saat ini, faktor yang dapat berpotensi menimbulkan gelombang tsunami di perairan laut Lampung pasca gempa tadi sore belum ada," katanya. Salah satu faktor adalah sumber gempa tektonik yang berpatahan tegak, sehingga menimbulkan gelombang pasang melebihi normal dan berpotensi menimbulkan tsunami. Kekuatan gempa yang dapat mengakibatkan tsunami juga berpusat di laut dangkal, dengan kekuatan di atas 6 Skala Richter (SR). Menurut Bambang, berdasarkan analisa BMG di Lampung, termasuk dari Stasiun Geofisika di Kotabumi-Lampung Utara, dipastikan kekuatan gempa tektonik yang dapat dirasakan warga Lampung dan sejumlah wilayah di sekitarnya itu, berkekuatan 5,9 pada Skala Richter. "Kami koreksi data dan informasi analisa semula kekuatan gempa diperkirakan 5,6 SR, ternyata sampai 5,9 SR," katanya. Pusat gempa juga dipastikan berada pada kedalaman laut di dekat Pulau Sebesi di lepas pantai Teluk Lampung dan masuk ke Selat Sunda yang juga terdapat Anak Gunung Krakatau yang masih aktif pula. Tapi pihak BMG Lampung menepiskan, gempa tersebut tidak berkaitan dengan aktivitas Anak Gunung Krakatau yang "induknya" (Krakatau tua) telah meletus dahsyat pada Agustus 1883 lalu. "Gempa itu bukan jenis gempa akibat aktivitas gunung berapi atau gempa vulkanik, tapi gempa tektonik akibat pergerakan patahan 'Sesar Semangka' dalam perut bumi yang memang berada segaris di bawah kawasan Anak Gunung Krakatau pula," ujar Bambang lagi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006