tak hanya saat perayaan Imlek, hari-hari biasa juga ramai yang datang berkunjung
Tanjungpinang (ANTARA) - Vihara Dharma Sasana di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang kini berusia mencapai 300 tahun ramai dikunjungi warga pada libur hari raya Imlek 2574 hingga Senin sore.
Vihara tersebut berada persis di kawasan pesisir Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota. Dari pusat kota menuju vihara itu memakan waktu sekitar 30 menit melalui jalur darat, sementara jika menggunakan jalur laut hanya memakan waktu sekitar 10 menit.
Pengurus Vihara Dharma Sasana A Hua mengatakan dalam dua hari terakhir jumlah pengunjung hampir 1.000 orang yang didominasi warga Tionghoa untuk melaksanakan sembahyang Imlek.
"Semalam yang paling ramai. Kalau hari ini agak kurang, akibat hujan sejak pagi hingga sore hari. Besok sampai lusa, pengunjung vihara diperkirakan kembali ramai," katanya.
Menurut A Hua pihaknya tidak membatasi jumlah warga Tionghoa yang hendak melaksanakan ibadah Imlek di vihara itu, seiring pelonggaran pembatasan aktivitas sosial masyarakat karena makin membaiknya situasi pandemi COVID-19.
Baca juga: Vihara tertua di Kota Tanjungpinang bersolek sambut Tahun Baru Imlek
Bahkan banyak pengunjung selain warga Tionghoa yang datang berkunjung ke salah satu vihara tertua di Provinsi Kepri itu, misalnya umat agama Islam untuk sekadar mengisi hari libur Imlek.
"Dari dulu, siapapun boleh datang ke sini. Tak hanya saat perayaan Imlek, hari-hari biasa juga ramai yang datang berkunjung guna melihat salah satu cagar budaya ini," ujar A Hua.
Pihak vihara tidak mengenakan biaya masuk bagi pengunjung Vihara Dharma Sasana, namun diimbau tetap harus menjaga ketertiban dan keamanan bersama, misalnya tidak membuang sampah sembarangan karena vihara tersebut sangat dijaga dan dirawat dengan baik oleh pihak pengurus.
Ramainya pengunjung di Vihara Dharma Sasana dalam dua hari ke belakang dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan di area vihara tersebut.
Para pedagang itu berjualan aneka jajanan anak-anak, makanan ringan, hingga mainan yang sedang tren di Indonesia yaitu lato-lato.
Baca juga: Parade "Sun Go Kong" digelar TSI Cisarua-Bogor selama libur Imlek
Salah seorang pedagang mainan Agus berterima kasih kepada pihak Vihara Dharma Sasana karena memberikan izin berjualan di sekitar vihara selama hari libur Imlek.
"Alhamdulillah, dalam dua hari ini hasil jualan lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ucap Agus.
Sementara, Dedi Arman selaku Peneliti Pusat Riset Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Vihara Dharma Sasana diyakini sebagai vihara tertua di Tanjungpinang. Dibangun sekitar abad ke-18, semasa YMDR (Yang Dipertuan Muda Riau) II (Daeng Celak, 1728-1748).
Vihara ini menampilkan arsitektur kolonial dan ragam hias China dengan atap berbentuk pelana. Keberadaan klenteng ini merupakan bukti eksistensi warga China di daerah ini sejak zaman Kerajaan Riau dulu.
Dibangun sekitar 200-300 tahun yang lalu oleh imigran dari China daratan pada abad ke-18 M, menurut dia, komplek vihara ini memiliki empat bangunan utama. Tiga di antaranya merupakan kelenteng dan merupakan bangunan awal, berada pada bagian depan kompleks menghadap ke laut.
Bangunan yang keempat berada di bagian belakang klenteng pada tanah lebih tinggi. Tiga bangunan klenteng pada bagian depan diperuntukkan bagi dewa-dewa China.
Baca juga: Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan dipadati masyarakat
Nama ketiga klenteng tersebut antara lain, klenteng Fu De Zheng Shen, dewa yang terdapat pada klenteng ini adalah Dewa Phe Kong yaitu dewa bagi keselamatan di daratan, dalam hal ini bagi wilayah Senggarang.
Klenteng yang kedua adalah Tian Hou Sheng Mu, terdapat tiga buah dewa, berada di tengah adalah dewa Ma Chou yaitu dewa untuk keselamatan dalam perjalanan di laut, di kiri dan kanan adalah dewa Phe Kong dengan sebutan Lou Wei Sheng (berada di kanan diperuntukkan bagi keselamatan orang yang sudah mati) dan To Po Kong (di kiri diperuntukkan bagi keselamatan mereka yang di darat), yang ketiga adalah klenteng Yuan Tien Shang Di, di dalamnya juga terdapat dewa Phe Kong.
Sedangkan bangunan pada bagian belakang diperuntukkan bagi Sang Buddha Amitabbha, merupakan bangunan baru.
Kompleks Vihara Dharma Sasana terdiri dari 4 bangunan yang berupa 1 buah bangunan baru (Vihara Dharma Sasana) dan 3 buah bangunan lama (Klenteng Yuan Tiang Shang Di, Klenteng Fu De Zheng Shen, dan Klenteng Tian Hou Sheng Mu).
"Vihara Dharma Sasana didirikan tahun 1988, sedangkan 3 klenteng yang lama diperkirakan dibangun sekitar abad ke-18," kata mantan Peneliti Sejarah di Balai Pelestarian Nilai Sejarah (BPNB) Provinsi Kepri tersebut.
Baca juga: Vihara di Batam sediakan makanan vegetarian 25 ribu kotak saat Imlek
Baca juga: Penampilan Barongsai ramaikan perayaan Imlek 2574 di Bengkulu
Pewarta: Ogen
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023