Jakarta (ANTARA) - Duta Gizi Indonesia Reisa Broto Asmoro menyatakan stunting suatu kondisi kekurangan gizi kronik pada anak yang sebetulnya tidak perlu ditakutkan dan bisa dicegah oleh orang tua.

“Kalau berbicara tentang stunting sendiri, sebenarnya ini adalah sesuatu yang bisa dicegah. Kalau memang dari awal kita berusaha persiapkan (tumbuh kembang anak, red.) dengan baik,” katanya dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Dia menuturkan semua anak mempunyai faktor tumbuh kembang diri masing-masing yang sesuai dengan faktor genetik atau keturunan. Hanya saja dalam stunting, pengaruhnya justru ditentukan dari berbagai aspek sehingga menjadi kompleks dan panjang.

Stunting tidak hanya dapat terjadi akibat kekurangan asupan gizi kronis. Namun juga karena akses anak akan tumbuh di lingkungan yang sehat, bersih dan dapat mengakses sumber sanitasi serta air yang bersih.

“Jadi bukan hanya patokan tinggi atau berat badannya saja, kalau tinggi di stunting itu tadi berkaitan dengan tumbuh kembang (bukan genetik, red.). Bukan hanya tingginya yang kurang, tapi perkembangan lainnya pada anak bisa jadi kurang juga,” katanya.

Menurutnya, pencegahan stunting melalui lingkungan yang bersih pun, tidak bisa terlepas dari peran orang tua dalam mempersiapkan kondisi kesehatan calon ibu dan kehamilan yang baik.

Reisa menekankan persiapan seorang perempuan dalam merencanakan kehamilan, sudah harus dimulai sejak berusia remaja.

Baca juga: Dinkes Jateng kuatkan deteksi dini dan pencegahan balita stunting

Diharapkan para remaja putri tidak mengalami anemia yang berisiko memengaruhi tumbuh kembang janinnya saat dalam kandungan nanti, sehingga pencegahan dapat disiasati dengan rutin meminum tablet tambah darah (TTD).

Asupan gizi yang seimbang dan mengandung protein hewani juga harus dibiasakan. Selama masa kehamilan pun, perempuan bisa menyeimbangkan asupan gizi dengan vitamin.

Di sisi lain, pemeriksaan kehamilan harus rutin dilakukan minimal enam kali, supaya tumbuh kembang janin dapat terpantau dan dapat segera diatasi jika ada suatu anomali selama ibu memasuki masa kehamilan.

Reisa juga menyarankan pada ibu ketika sudah memasuki masa menyusui, tetap memperhatikan pola makan dan aktivitas berolahraga, sedangkan pada anak, orang tua benar-benar harus memperhatikan semua tumbuh kembang anak utamanya dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang menjadi waktu emas bagi seorang anak.

“Jadi penting sekali agar kita semua merencanakan dengan baik pertumbuhan si anak mulai dari awal. Dari si ibu bahkan, saat hamil, sebelum hamil,” ujar perempuan yang juga menjabat sebagai Duta Adaptasi Kebiasaan Baru itu.

Baca juga: Hari Gizi Nasional alarm darurat tingkatkan pengawasan makanan anak

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Gizi dan KIA Kemenkes Ni Made Diah Permata Laksmi mengatakan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-63 yang akan diperingati pada 25 Januari bertema “Protein Hewani Cegah Stunting” untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap bahaya stunting.

Tema tersebut menjadi panggilan bagi semua pihak, karena asupan protein hewani di Indonesia masih rendah. Bahkan, konsumsi protein hewani di Indonesia seperti daging dan ikan, termasuk yang terendah jika melihat data dunia Food and Agriculture Organization of The United Nations.

“Padahal penelitian menunjukkan terdapat bukti stunting itu berhubungan kuat dengan konsumsi dari protein hewani. Jadi menunjukkan kalau protein hewani yang berasal dari produk susu, telur, daging ikan ini berkorelasi mencegah stunting,” katanya.

Baca juga: BKKBN: HAN 2022 perkuat sinergi pemerintah selesaikan masalah gizi

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023