"Banyak juga wisatawan dari luar kota, seperti Bengkulu, Palembang, Aceh, bahkan dari Pulau Jawa hanya untuk menikmati keindahan dan wisata religi," kata pengurus atau juru kunci objek wisata Gua Matu Makmur kepada Antara, di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Senin.
Wisata Gua Matu memiliki banyak cerita menarik, di antaranya cerita mengenai 12 kerajaan alam gaib yang menghuni objek wisata Gua Matu tersebut.
Selanjutnya, dia menuturkan, Gua Matu pertama kali ditemukan pada zaman Penjajahan Inggris oleh nenek moyang dari masyarakat setempat.
"Gua Matu ini ditemukan pada jaman penjajahan Inggris oleh nenek moyang kami," kata dia.
Baca juga: Ribuan ton pupuk kotoran kelelawar tersimpan di Gua Matu Pesisir Barat
Baca juga: Menteri BUMN: Tahun depan Lampung jadi pusat pariwisata nasional
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, Gua Matu dihuni oleh 12 kerajaan gaib.
"Gua Matu ini menurut kepercayaan masyarakat kami dihuni oleh 12 kerajaan gaib, pemimpin besarnya yaitu tuyuk (buyut) dewa Pangeran Hiyang Kerajaan Matu, yang terbentang dari Pantai Manullah hingga Pantai Way Haru," ujanya.
Tidak hanya keindahan wisata religi, Gua Matu juga dimanfaatkan warga untuk mengambil pupuk guano atau pupuk kotoran kelelawar.
Pupuk guano itu dimanfaatkan warga untuk memupuk tanaman, seperti cengkih, pepaya, jagung hingga tanaman padi.
Salah seorang yang mengambil pupuk guano, Subing warga Pekon Way Sindi mengatakan kegiatan memanfaatkan kotoran kelelawar itu untuk pupuk sudah berlangsung sejak lama.
"Kalau sepengetahuan kami mengambil pupuk di Gua Matu ini sudah dari nenek moyang kita dulu," kata Subing.
Namun, para pengunjung diingatkan jangan pernah bertindak ceroboh, dan untuk perempuan yang sedang datang bulan tidak disarankan untuk masuk ke dalam Gua Matu, demi keselamatan pengunjung itu sendiri.
"Karena sudah pernah terbukti beberapa pengunjung mengalami hal-hal di luar nalar karena mengabaikan imbauan tersebut," katanya.
Baca juga: Lampung kembangkan potensi wisata alam tingkatkan sektor pariwisata
Baca juga: Disparekraf Lampung: Destinasi wisata harus terapkan PeduliLindungi
Pewarta: Riadi Gunawan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023