Tokyo (ANTARA) - Jepang membukukan defisit perdagangan tahunan terbesarnya sejak pencatatan dimulai pada 2022 di saat lonjakan harga energi dan bahan mentah semakin diperparah oleh melemahnya mata uang yen, demikian disampaikan oleh pemerintah Jepang dalam laporannya pada Kamis (19/1).

Menurut Kementerian Keuangan Jepang, negara tersebut mencatat defisit sebesar 19,97 triliun yen (1 yen setara dengan Rp117) pada 2022, menandai defisit terbesar selama periode setahun sejak data pembanding mulai tersedia pada 1979.

Impor dalam periode pencatatan tersebut melonjak 39,2 persen ke rekor tertinggi sebesar 118,16 triliun yen, sementara ekspor mengalami kenaikan tertinggi sebesar 8,2 persen menjadi 98,19 triliun yen, menurut laporan awal kementerian itu.
 
   Anjloknya yen terhadap dolar AS ke level terendahnya dalam tiga dekade lebih pada 2022 menjelaskan terjadinya defisit perdagangan dan fakta bahwa Jepang yang miskin sumber daya sangat bergantung pada impor untuk kebutuhan intinya


Pada Desember saja, Jepang membukukan defisit perdagangan senilai 1,45 triliun yen, lanjut pihak kementerian.

Pada bulan tersebut, impor naik 20,6 persen menjadi 10,24 triliun yen, sementara ekspor naik 11,5 persen menjadi 8,79 triliun yen, menurut data kementerian tersebut.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023