New York (ANTARA) - Perekonomian China diprediksi akan mencatatkan pemulihan kuat pada 2023, ditopang oleh respons epidemi yang dioptimalkan dan berbagai kebijakan propertumbuhan yang efektif di negara itu, ujar seorang ekonom di Morgan Stanley.
"Sejumlah indikator mobilitas di seluruh negara itu, seperti lalu lintas dalam kota dan jumlah penumpang kereta bawah tanah, telah pulih secara signifikan pada awal 2023," kata Chetan Ahya, Kepala Ekonom Asia di Morgan Stanley, New York, Kamis.
Dalam sebuah catatan penelitian yang dirilis pekan lalu, Morgan Stanley menaikkan prospek pertumbuhan PDB China pada 2023 dari 5,4 persen menjadi 5,7 persen, sembari memprediksi bahwa pemulihan aktivitas akan terjadi lebih cepat dan lebih tajam dari perkiraan.
"Kami pikir ini akan membantu mendukung tingkat aktivitas ekonomi yang lebih tinggi dari titik awal sebelumnya, menopang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di sepanjang tahun ini," tutur Ahya.
Pemulihan mobilitas yang pesat dan penyelarasan manajemen COVID-19, kebijakan ekonomi, dan regulasi untuk mendorong pertumbuhan merupakan dua alasan utama dalam revisi perkiraan yang lebih tinggi itu, papar Ahya.
Dia menyampaikan China bertekad untuk menyinergikan kebijakan fiskal dan moneternya dengan perubahan respons COVID-19 guna memfasilitasi pemulihan pertumbuhan, seraya menambahkan bahwa kebijakan regulasi juga berubah menjadi lebih kondusif untuk menyokong ekspektasi pasar.
"Latar belakang ini seharusnya mendukung kebijakan pass-through dan kepercayaan sektor swasta yang lebih kuat, yang memungkinkan terjadinya pemulihan pertumbuhan yang kuat pada 2023," kata Ahya.
Dia mengatakan pemulihan konsumsi swasta, terutama konsumsi jasa, akan menjadi pendorong yang krusial bagi pertumbuhan.
Ekonom tersebut memprediksi bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga riil China akan naik menjadi 8,5 persen pada 2023 dan peningkatan investasi, termasuk sektor properti, akan terjadi dengan dukungan kebijakan.
Ahya juga menyatakan bahwa pemulihan yang sehat pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu dapat memberikan dorongan tepat waktu bagi perekonomian global.
"Pemulihan China yang melawan tren tersebut seharusnya memberikan peningkatan permintaan agregat di seluruh dunia, dengan efek limpahan (spillover effect) positif terkuat pada seluruh Asia dan Eropa," ujar Ahya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023