Karawang (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad), Firman Manan, menyebutkan bergabung nya Ridwan Kamil ke Partai Golkar berpotensi membuat partai beringin itu "menguasai" Pulau Jawa dan DKI pada Pemilu 2024.
"Bergabung nya Gubernur Jabar Ridwan Kamil itu bisa membuat Golkar menguasai kepemimpinan di Pulau Jawa," kata Firman Manan, saat dihubungi dari Karawang, Kamis.
Ia mengatakan, ada skema menarik terkait bergabung nya Ridwan Kamil ke Partai Golkar.
"Kang Emil (Ridwan Kamil) nantinya bisa didorong ke (Pilkada) DKI Jakarta. Lalu Kang Dedi Mulyadi bisa dimajukan di (Pilkada) Jabar," ucap dia.
Baca juga: Akademisi: Ridwan Kamil harus pandai beradaptasi di Partai Golkar
Baca juga: Simbiosis mutualisme Ridwan Kamil dan Partai Golkar
Disebutkan kalau sosok Dedi Mulyadi sangat potensial menggantikan Emil, jika pada Pemilu nanti, Emil ditarik untuk maju di DKI Jakarta.
Sesuai dengan hasil survei pada November lalu, elektabilitas Dedi Mulyadi berada diperingkat kedua setelah Ridwan Kamil.
Ditambah lagi dengan kembalinya mantan Gubernur Jawa Timur, Soekarwo (Pakde Karwo) ke Partai Golkar, tentu itu akan berdampak signifikan bagi Golkar.
Bergabung nya Ridwan Kamil ke Partai Golkar, kata dia, berarti akan bertambah kader potensial selain mantan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Ia menyebutkan kalau Emil berpotensi maju pada Pilkada DKI Jakarta, karena sosoknya sebagai pemimpin perkotaan yang sebelumnya dibuktikan dengan suksesnya membangun dan menata infrastruktur Kota Bandung.
Meski begitu, kata dia, Emil juga tak menutup kemungkinan untuk maju pada Pilpres jika didukung dengan elektabilitas yang tinggi.
Baca juga: Ridwan Kamil beberkan alasan bergabung di Golkar
Namun, Firman mengatakan kalau bergabung nya Ridwan Kamil ke Partai Golkar tidak menjamin naiknya suara Partai Golkar pada Pemilu nanti. Sebab pemilih saat ini, lebih dominan melihat figur dibandingkan melihat partai nya.
"Berpengaruh atau tidak terhadap kenaikan suara Partai Golkar dengan bergabung nya Ridwan Kamil? Itu tidak secara otomatis. Jadi belum tentu. Karena itu tadi, pemilih lebih melihat figur daripada partai. Apalagi Emil merupakan politis non-partai yang banyak diapresiasi publik," ucapnya.
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023