Jakarta (ANTARA) - Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Anggraini Alam, SpA(K) mengatakan anak yang terkena campak sangat berisiko meningkatkan infeksi karena turunnya kekebalan tubuh atau antibodi.

Baca juga: Kemenkes: 31 provinsi melaporkan KLB campak pada 2022

"Tentunya pada anak-anak yang tidak divaksin terjadilah lupa akan daya tahan tubuh, itu berlangsung cukup lama sehingga kekebalan atau memori kita terhadap berbagai penyakit itu bisa lupa apabila terinfeksi campak," ucapnya dalam konferensi pers mengenai KLB Campak yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia juga mengingatkan orangtua bahwa penyakit campak tidak boleh disepelekan karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berujung kematian.

"Komplikasi campak itu ke mana-mana, dimulai dari mata, bisa ke jantung. Paling sering pneumonia, kemudian mulutnya luka belum lagi dia ada diarenya, kalau dia gizi buruk karena diare ini urusannya kematian," kata dr Anggraini.

Ia mengatakan kematian tertinggi pada infeksi campak apabila sudah sampai ke paru atau pneumonia. Angka kematian campak karena penyakit ini bisa dikatakan lebih dari 50 persen mendekati 90 persen kematian.

Baca juga: Kemenkes: Cakupan imunisasi campak rubela nasional capai 72,7 persen

Selain itu, campak yang dibarengi dengan gizi buruk juga cukup memprihatinkan. UKK penyakit infeksi dan tropik di tahun 2017 akhir dikejutkan dengan angka kematian di Timika dan Baduy yang meninggal akibat campak dan gizi buruk.

"Sudah ada peringatan dari WHO, Asia Tenggara membutuhkan kecepatan tinggi supaya kita tekan campaknya karena banyak yang tertinggal," ucapnya.

Saat ini IDAI mengeluarkan rekomendasi tatalaksana campak, termasuk pada kelompok anak yang berisiko campak berat karena tidak pernah mendapatkan imunisasi dan malnutrisi.

Selain itu perlu juga diwaspadai pada anak yang memiliki komorbid dan daya tahan tubuh yang rendah karena HIV, leukemia dan diabetes melitus.

Tatalaksana yang bisa dilakukan jika ada kotoran mata sampai berwarna hijau bisa diberikan salep antibiotik, kompres air hangat saat demam dan cukupi cairan agar tidak dehidrasi.

"Maka itu IDAI mengeluarkan rekomendasi tatalaksana campak karena tidak ada antivirusnya," ucapnya.

Campak adalah penyakit yang potensial menyebabkan wabah karena merupakan penyakit yang sangat menular, terutama melalui udara. Maka itu, vaksin campak sangat diperlukan untuk menekan angka kematian akibat campak.


Baca juga: IDAI: Suplemen tak bisa gantikan imunisasi

Baca juga: Dinkes DKI mulai program imunisasi polio dua kali pada bayi

Baca juga: Imunisasi jadi prasyarat masuk sekolah untuk eliminasi Campak-Rubela

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023