Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si menuturkan daun kecipir mentah mengandung sedikit zat toksik yakni sianida yang tidak bisa diterima bayi.
Tuturan Tania ini mengemuka usai mengetahui kabar meninggalnya bayi berusia 54 hari setelah mendapatkan ramuan daun kecipir dan kencur, beberapa waktu lalu. Sang bayi dilaporkan mengalami sesak napas dan infeksi paru-paru usai meminum ramuan itu.
"Umumnya ramuan tradisional berupa air perasan, misalnya air perasan daun kecipir didapatkan dari daun kecipir yang mentah. Zat toksik ini walau jumlahnya sedikit tentu tidak bisa diterima bayi, sehingga bayi tersebut akhirnya meninggal," ujar dia saat dihubungi ANTARA, Rabu (18/1) malam.
Baca juga: Dokter Anak: Sayur dan buah tidak perlu banyak saat MPASI
Lebih lanjut, menurut dia, bayi berusia di bawah usia enam bulan seharusnya hanya mendapatkan ASI eksklusif atau jika tidak bisa diberikan ASI eksklusif, dia semata dapat diberikan susu formula. Ini karena sistem pencernaan dan imunitas tubuhnya belum sempurna.
Dia mengakui, sebagian bayi berusia satu atau dua bulan pada zaman dahulu diberikan makanan selain ASI seperti pisang dan perasan kurma. Tetapi, sambung dia, ini tak bisa membuat masyarakat dapat menggeneralisir makanan selain ASI akan aman untuk semua bayi di bawah usia enam bulan.
Di sisi lain, sambung Tania, bayi di bawah usia enam bulan juga biasanya rentan ada alergi-alergi tertentu sehingga tidak bisa menerima beberapa jenis makanan misalnya dari golongan kacang-kacangan seperti kecipir.
"Dia (kecipir) kaya protein. Jadi tidak hanya di pods kecipirnya tetapi juga di daunnya juga mengandung protein, yang seringkali belum bisa diterima oleh bayi di bawah usia enam bulan," tutur dia.
Sesak napas merupakan salah satu tanda alergi, seperti dialami bayi berusia 54 hari yang meninggal tersebut. Tania menduga sang bayi kemungkinan memiliki alergi terhadap protein kacang-kacangan termasuk kecipir.
"Jadi, dugaan saya bayi tersebut ada alergi terhadap protein kacang-kacangan termasuk kecipir maupun bagian tanaman kecipirnya apa itu daunnya, tangkainya, akarnya, tetapi berasal dari satu tanaman yang sama," kata Tania.
Tak hanya sianida, daun serta bagian tanaman kecipir lainnya itu juga mengandung asam oksalat dengan jumlahnya yang sedikit. Menurut Tania, walau sedikit tetapi zat ini dapat saja menimbulkan batu ginjal yang nantinya menimbulkan gangguan ginjal.
"Bayi juga kemungkinan besar tidak bisa menerima walaupun kadar asam oksalatnya kecil," demikian kata dia.
Baca juga: Dokter gizi tak sarankan anak dapat MPASI dini
Baca juga: Dokter: Beri gula pada makanan pendamping ASI setengah sendok teh
Baca juga: Dokter: Pemahaman pemberian MPASI yang benar jadi kunci cegah stunting
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023