Tapi sentimen penggerak utama USDIDR (nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS) biasanya dari eksternal seperti kebijakan The Fed dan kekhawatiran resesi global
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ditutup turun tipis seiring Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya.
Rupiah ditutup melemah 17 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp15.104 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.088 per dolar AS.
"Keputusan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps sudah sesuai dengan harapan pasar. Dalam pernyataannya BI secara umum terlihat cukup optimistis akan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian dan perlambatan global," kata Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 18-19 Januari 2023 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen.
Bank Indonesia meyakini kenaikan BI7DRR sebesar 225 basis poin secara akumulatif sejak Agustus 2022 hingga menjadi 5,75 persen pada saat ini memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester I 2023 .
Kenaikan suku bunga acuan tersebut juga ditujukan untuk mendorong inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester II 2023.
Baca juga: BI naikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,75 persen
Lukman menuturkan respons investor juga terlihat cukup positif dengan rupiah rebound setelah pengumuman BI, namun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih ditutup melemah tipis.
Di sisi lain, dolar AS sendiri cukup datar walau telah pulih sepenuhnya dari penurunan tajam di sesi sebelumnya setelah pernyataan yang hawkish dari dua pejabat The Fed. Investor menantikan pernyataan dari pejabat the Fed Brainard terkait kebijakan suku bunga The Fed ke depannya pada Jumat dini hari nanti.
Presiden The Fed St Louis James Bullard dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester sebelumnya menekankan perlunya menaikkan suku bunga di atas 5,0 persen untuk menurunkan inflasi.
Sedangkan Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan kenaikan suku bunga acuan BI tersebut bisa menjaga rupiah tidak terlalu melemah terhadap dolar AS karena spread suku bunga antara BI dan The Fed melebar.
"Tapi sentimen penggerak utama USDIDR (nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS) biasanya dari eksternal seperti kebijakan The Fed dan kekhawatiran resesi global," ujarnya.
Kekhawatiran pasar terhadap pelambatan ekonomi di AS hari ini mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Pelaku pasar keluar dari aset berisiko, masuk ke aset aman dolar AS.
Baca juga: IHSG ditutup menguat, terkerek keputusan BI naikkan suku bunga acuan
Sementara Ekonom sekaligus Executive Director Segara Institute Piter Abdullah mengatakan kenaikan suku bunga acuan sudah diperkirakan akan berlanjut pada 2023. Proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5 persen sudah memperhitungkan kenaikan suku bunga acuan tersebut sehingga tidak mengagetkan pelaku ekonomi.
Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan BI akan semakin memperkuat rupiah yang selama sepekan terakhir sudah mengalami tren penguatan. Tetapi, tren penguatan masih rentan (fragile), bergantung kepada dampak ketentuan Devisa Hasil Ekspor (DHE) terhadap suplai dolar AS di pasar valas.
"Apabila ketentuan DHE terbukti bisa menambah supply dollar, rupiah akan melanjutkan penguatan. Demikian juga sebaliknya, bila tidak terbukti menambah supply valas, rupiah berpotensi kembali melemah," ujarnya.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.135 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.090 per dolar AS hingga Rp15.145 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis meningkat tipis ke posisi Rp15.113 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.137 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Kamis pagi melemah 58 poin
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023