Jakarta (ANTARA) - Johnson & Johnson pada Rabu (18/1) menyatakan bahwa pihaknya menghentikan uji coba global tahap akhir vaksin HIV setelah suntikan tersebut ternyata tidak efektif untuk mencegah infeksi.
Kegagalan uji coba itu menandai kemunduran lain dalam pencarian vaksin melawan virus yang diketahui bermutasi dengan cepat dan memiliki cara unik dalam meruntuhkan sistem kekebalan tubuh. Ini terjadi lebih dari setahun setelah vaksin HIV J&J lainnya juga gagal dalam penelitian.
"Sayangnya, ini bukan hasil yang kami harapkan," kata juru bicara Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), mitra J&J dalam uji coba tersebut, dilaporkan Reuters Kamis.
“Pengembangan vaksin HIV yang aman dan efektif telah menjadi tantangan ilmiah yang cukup besar, tetapi kami akan belajar dari penelitian ini dan terus maju.”
Uji coba tersebut melibatkan pemberian dua jenis suntikan yang berbeda--menggunakan virus penyebab flu untuk mengirimkan kode genetik HIV--yang disebarkan melalui empat kunjungan vaksinasi dalam setahun. J&J menggunakan teknologi serupa untuk vaksin COVID-19 miliknya.
Penelitian yang dimulai pada 2019 itu dilakukan di lebih dari 50 lokasi dan melibatkan sekitar 3.900 pria gay dan transgender--kelompok yang dianggap rentan terhadap infeksi.
Mitra J&J lainnya, HIV Vaccine Trials Network (HVTN), mengatakan suntikan itu diuji hanya pada individu yang tidak menerima profilaksis prapajanan, pengobatan untuk mencegah infeksi.
Pada tahun 2021, sekitar 650.000 orang meninggal karena terkait HIV, sementara 1,5 juta orang tertular infeksi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. Berbagai kandidat vaksin HIV, termasuk MRNA.O dari Moderna Inc, HVTN, dan NIAID saat ini sedang dalam uji coba.
Meskipun sejauh ini tidak ada vaksin HIV yang berhasil menyelesaikan uji coba, beberapa obat digunakan pada kelompok dan pasien berisiko tinggi.
Menyusul kegagalan dan penghentian uji coba vaksin HIV tersebut, saham J&J turun 1,3 persen menjadi 170,14 dolar pada perdagangan pagi.
Baca juga: Hoaks! AIDS jenis baru hasil pencampuran COVID-19, vaksin, dan cacar monyet
Baca juga: Hoaks! Kasus HIV marak di Bandung akibat vaksin
Baca juga: Hoaks! Vaksin booster sebabkan HIV
Penerjemah: Siti Zulaikha
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023