New York City (ANTARA) - Temuan studi di AS mengungkap pandemi COVID-19 memiliki kaitan dengan peningkatan jumlah anak yang cedera dan tewas akibat senjata api di Amerika Serikat (AS).
Sejumlah anak berkulit hitam dan yang berasal dari rumah tangga berpenghasilan rendah memiliki risiko yang lebih besar, demikian studi yang dipimpin oleh Universitas Missouri di rumah sakit di St. Louis, Missouri tersebut.
"Kami menemukan peningkatan signifikan pada jumlah anak yang cedera akibat senjata api selama pandemi dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya," kata penulis utama studi itu, Mary Bernardin, dilansir dari portal berita HealthDay.
Menurut dia, peningkatan ini didorong oleh lonjakan yang signifikan pada jumlah serangan dan pembunuhan menggunakan senjata api, serta frekuensi yang meningkat dari cedera pada anak tak bersalah yang menjadi saksi di tengah kejahatan yang dilakukan orang dewasa.
Dalam studi itu, tim peneliti membandingkan data jumlah anak yang cedera akibat senjata api yang dirawat di Rumah Sakit Anak St. Louis dari Maret 2015 hingga Februari 2020 dengan jumlah anak yang cedera karena senjata api yang dirawat antara Maret 2020 hingga Maret 2022.
Pada periode Maret 2015 hingga Februari 2020, sebanyak 413 anak cedera akibat senjata api, dibandingkan dengan 259 anak selama periode Maret 2020 hingga Maret 2022, dengan tingkat cedera bulanan meningkat 52 persen dari rata-rata 6,8 insiden penembakan per bulan menjadi 10,3 per bulan selama pandemi.
Studi juga mengungkap jumlah kematian anak akibat senjata api melonjak 29 persen selama pandemi.
Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2023