Jakarta (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri (Deplu) RI masih melakukan klarifikasi ke dalam untuk mengetahui lebih lanjut berita tentang mendaratnya pesawat yang membawa Presiden Taiwan, Chen Shui-Bian di Batam, kata Juru Bicara Deplu, Desra Percaya. "Kita masih klarifikasi ke dalam untuk mengetahui lebih lanjut berita tersebut. Kedubes China di Jakarta melakukan `demarch` (pendekatan) yang menyampaikan posisi mereka yang kembali lagi menekankan bahwa mereka tidak bisa menerima kalau ada kegiatan seperti itu," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis malam. Desra enggan memberikan penjelasan lebih lanjut kecuali memberikan saran agar menghubungi pejabat Kedubes RRC di Jakarta terkait dengan reaksi negara itu atas informasi tentang kehadiran Presiden Chen di pulau milik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Singapura itu. Pejabat pers Kedubes RRC di Jakarta, Xie Yonghui, yang dihubungi ANTARA secara terpisah mengatakan, dirinya tidak memiliki otoritas untuk menjelaskan reaksi pihaknya atas pendaratan pesawat Presiden Taiwan tersebut. "Saya tidak punya otoritas untuk berbicara. Yang memiliki otoritas adalah Duta Besar (Dubes RRC untuk Indonesia Lan Lijun-red.)," katanya. Sebelumnya, Direktur Bagian Informasi Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taiwan untuk Indonesia, Chang Pong, membenarkan bahwa Presiden Taiwan Chen Shui-Bian Kamis malam ini sedang berada di Batam karena pesawat yang ditumpanginya, China Airlines, terpaksa mendarat di Bandara Batam sekitar Pukul 14.00 WIB akibat apa yang disebutnya "masalah teknis" setelah terbang selama sekitar delapan jam dari Libia, Afrika Utara menuju Taiwan. Sambil menunggu pesawatnya dapat berangkat kembali menuju Taiwan hari Jumat, Presiden Chen kemungkinan akan mengunjungi Batam Industrial Estate, kata Chang. Chang Pong menegaskan kembali bahwa kedatangan Presiden Chen di Batam karena pesawatnya mengalami masalah teknis dan tidak ada satu pejabat Indonesiapun yang bertemu dengan Chen. Indonesia dalam kebijakan politik luar negerinya menganut `Kebijakan Satu Cina`, yang artinya tidak mengakui Taiwan sebagai negara. Menurut Chang Pong, ada dua alasan mengapa pesawat yang ditumpangi Presiden Taiwan itu harus mendarat, yaitu karena harus mengisi bahan bakar; dan pilot, ko-pilot serta para kru pesawat perlu beristirahat setelah terbang selama lebih dari delapan jam. "Kami sangat menghargai kesediaan otoritas bandar udara Batam yang mengizinkan pesawat untuk landing karena alasan teknis," kata Chang. Presiden Chen bersama 140 anggota rombongan dan 30 kru pesawat, pada Kamis malam akan menginap di Batam dan akan melanjutkan penerbangan pada Jumat langsung menuju Taiwan. Namun menurut Chang Pong, kemungkinan Presiden Chen ingin mengunjungi kawasan industri Batam jika waktu memungkinkan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006