Singapura (ANTARA) - Dolar AS stabil di awal sesi Asia pada Rabu pagi, sementara yen melemah karena investor sangat menantikan keputusan kebijakan bank sentral Jepang (BoJ), yang dapat mengatur panggung bagi Tokyo guna mengakhiri kebijakan moneter ultra longgarnya.
Bank sentral mengejutkan pasar bulan lalu dengan menaikkan batas atas imbal hasil obligasi 10 tahun menjadi 0,5 persen dari 0,25 persen, menggandakan kisaran yang diizinkan di atas atau di bawah target nol. Sejak itu, spekulasi beredar bahwa BoJ kemungkinan akan mengubah kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC) lebih lanjut.
Yen Jepang melemah 0,56 persen versus greenback di 128,83 per dolar pada Rabu pagi, turun dari tertinggi tujuh bulan di 127,25 yang disentuh pada Senin (16/1/2023). Indeks dolar, yang mengukur mata uang safe-haven dolar terhadap enam mata uang lainnya, datar di 102.400.
Kristina Clifton, seorang ekonom senior dan ahli strategi mata uang senior di Commonwealth Bank of Australia, mengatakan pertemuan tersebut kemungkinan akan menghasilkan volatilitas besar di pasar mata uang, menunjukkan bahwa sikap dovish dapat membuat dolar/yen melonjak sebesar 2-5 yen.
"Sebaliknya, perubahan kebijakan apa pun dapat lagi ditafsirkan oleh pasar sebagai langkah menuju normalisasi kebijakan, menarik dolar/yen lebih rendah, berpotensi turun tajam," kata Clifton.
Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun menembus batas tertinggi BoJ untuk tiga sesi berturut-turut hingga Selasa (17/1/2023), menyebabkan gelombang pembelian obligasi darurat oleh pemerintah.
Beberapa investor bertaruh BoJ akan dipaksa untuk menyesuaikan, atau bahkan membongkar YCC pada awal minggu ini dengan pandangan bahwa bank sentral tidak dapat mempertahankan pembelian obligasi dalam jumlah besar yang diperlukan untuk mempertahankan batas tersebut.
"Tekanan pada pasar JGB (obligasi pemerintah Jepang) dalam beberapa pekan terakhir bersamaan dengan prospek kenaikan inflasi Jepang membuat kami menyimpulkan bahwa BoJ akan memberikan sinyal kuat bahwa akhir YCC sudah dekat," kata ahli strategi National Australia Bank, Rodrigo Catril di Sydney.
"Jika bank mempertahankan kisaran YCC-nya tidak berubah, ini kemungkinan akan datang bersamaan dengan komitmen pembelian JGB yang lebih banyak tetapi karena tekanan pasar, kami menduga bahwa setidaknya bank harus memberikan sinyal kuat bahwa perubahan kebijakan akan segera terjadi. "
Sementara itu, sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2274 dolar, turun 0,11 persen pagi ini, sementara euro turun 0,03 persen menjadi 1,0785 dolar.
Dolar Australia melemah 0,04 persen pada 0,698 dolar AS, sementara kiwi naik 0,03 persen versus mata uang AS menjadi diperdagangkan pada 0,643 dolar AS.
Baca juga: FTX sebut 415 juta dolar AS dalam kripto telah diretas
Baca juga: Dolar AS melemah seiring penguatan sterling dan yen
Baca juga: Harga minyak tergelincir di Asia, pasar kekhawatiran resesi global
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023