Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia telah memperhitungkan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada saat menurunkan Bi-rate pada 9 Mei dari 12,75 persen menjadi 12,50 persen. "Itu (suku bunga The Fed) sudah masuk perhitungan kita saat menetapkan BI-rate kemarin," kata Deputi Gubernur BI Maman H. Soemantri usai menutup Kongres ke-16 Perhimpunan Perbankan Nasional di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis. Saat ditanya kenaikan suku bunga The Fed pada Rabu atau Kamis waktu Indonesia the Fed menaikan suku bunga dari 4,75 persen menjadi 5,00 persen. Sementara itu BI pada 9 Mei menurunkan suku bunga BI-rate sebesar 25 basis poin dari 12,75 persen menjadi 12,50 persen. Oleh sebab itu, kata Maman, kenaikan suku bunga The Fed itu bukan sesuatu yang mengejutkan bagi BI. Ia mengatakan BI selalu memonitor perkembangan internasional seperti suku bunga The Fed atau harga minyak. Ia mengatakan bahwa kenaikan suku bunga The Fed hanya salah satu pertimbangan dalam menentukan BI rate. Faktor lainnya antara lain, situasi domestik dan situasi negara tetangga. Oleh sebab itu, katanya, jika The Fed menaikkan suku bungannya maka BI rate tidak selalu disesuaikan. Ditanya, apakah masih ada ruang bagi rupiah untuk menguat, Maman mengatakan jika arus modal terus naik maka rupiah masih bisa menguat. Ditanya berapa selisih antara BI-rate dan The Fed yang baik, ia mengatakan tidak ada angka yang pasti. Namun, katanya, jika mendengar dari pasar selisih 500 basis poin tidak menjadi masalah. BI sendiri, katanya mempunyai perhitungan sendiri, tapi ia tidak mau menyebutkannya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006