Yen akan meledak lebih tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang akan meledak lebih tinggi dan imbal hasil global akan lebih tinggi
Singapura (ANTARA) - Dolar melayang di posisi terendah multi-bulan di awal sesi Asia pada Selasa pagi, sementara yen bertengger di dekat level tertinggi tujuh bulan karena investor menahan napas untuk potensi perubahan kebijakan di pertemuan bank sentral Jepang (BoJ) minggu ini.
Euro mencapai tertinggi sembilan bulan pada Senin (16/1/2023) di 1,0874 dolar, tetapi terakhir berkeliaran di sekitar 1,0830 dolar.
Yen mencapai puncak 127,22 per dolar selama jam Asia pada Senin (16/1/2023), sebelum sedikit berkurang selama sesi AS yang menipis karena liburan menjadi duduk di sekitar 128,40.
Spekulasi berkembang tentang perubahan atau berakhirnya kontrol kurva imbal hasil Jepang, mengingat bahwa pasar mendorong imbal hasil 10 tahun di atas batas yang ditetapkan oleh BoJ sebesar 0,5 persen pada Jumat (13/1/2023) dan Senin (16/1/2023) serta jumlah pembelian obligasi menjadi mempertahankannya mulai terlihat tidak berkelanjutan.
Sebuah laporan surat kabar minggu lalu juga memicu ekspektasi untuk perubahan, sehingga para pedagang mencari reaksi yang tajam sekalipun BoJ tidak bergerak. Yen melonjak 3,0 persen terhadap dolar minggu lalu, dan volatilitas tersirat satu minggu untuk dolar/yen berada pada level tertinggi sejak Maret 2020.
"Pasar telah berjalan cukup keras dengan cerita ini dan sedang mencari tindak lanjut," kata Analis di broker IG Markets, Tony Sycamore.
Baca juga: Dolar ditutup relatif stabil di Asia, pasar menunggu data IHK AS
Dia memperkirakan tiga kemungkinan utama: tidak ada perubahan kebijakan, penyesuaian yang mirip dengan langkah pada Desember untuk memperluas kisaran target imbal hasil 10 tahun, dan pengabaian total kontrol kurva imbal hasil, dengan yang terakhir cenderung mendorong respons pasar yang paling ekstrem.
"Yen akan meledak lebih tinggi, imbal hasil obligasi pemerintah Jepang akan meledak lebih tinggi dan imbal hasil global akan lebih tinggi," katanya.
Sementara itu perdagangan valuta asing mungkin didorong oleh data ekonomi China sekitar pukul 02.00 GMT, yang diperkirakan akan lemah, data tenaga kerja Inggris, laba emiten AS, dan angka inflasi Kanada.
Indeks dolar AS memantul dari level terendah tujuh bulan di 101,77 yang dibuat sehari lalu dan bertahan di 102,28. Sterling menyentuh level tertinggi sejak pertengahan Desember di 1,2288 dolar dan terakhir di 1,2199 dolar.
Pertumbuhan tahunan dalam produk domestik bruto China untuk kuartal keempat diperkirakan akan dilaporkan hanya 1,8 persen, sehingga kejutan naik apa pun dapat memberikan dukungan pada mata uang yang terpapar perdagangan, seperti Aussie.
Dolar Australia mencapai level tertinggi lima bulan tepat di atas 0,70 dolar AS pada Senin (16/1/2023) dan terakhir menguat di 0,6972 dolar AS. Dolar Selandia Baru bertahan di 0,6394 dolar AS.
Baca juga: Dolar goyah di Asia, inflasi AS picu harapan jalur bunga Fed melambat
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023