Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian, Boediono, mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun ini Indonesia mengalami defisit lapangan kerja sekitar 500.000 yang memerlukan perhatian dan penanganan serius.
"Lapangan kerja yang tersedia hanya untuk 1,3 juta hingga 1,4 juta orang, tetapi jumlah pertambahan tenaga kerja mencapai 1,8 juta hingga 1,9 juta orang, atau defisit 500.000," kata Menko dalam sambutannya pada Kongres Persatuan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, dengan adanya defisit lapangan kerja itu berarti stok pengangguran bertambah terus dari waktu ke waktu dan harus segera diatasi.
"Ini perlu mendapat perhatian, kalau kondisi itu tetap terjadi, orang tidak percaya kepada eksperimen demokrasi yang selama ini dilakukan. Namun juga harus diingat bahwa demokrasi tidak bisa berjalan sendiri, kita sendirilah yang harus menjalankan," katanya.
Ia menyebutkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan pemerintah dalam rangka menyerap pengangguran yang terus meningkat sejak krisis 1998. Di sisi lain pemerintah juga berupaya mempertahankan kondisi stabilitas makro ekonomi.
"Dua upaya ini rasanya hingga saat ini belum memberikan hasil sesuai harapan. Tingkat pertumbuhan ekonomi belum mencapai ke tingkat yang dapat menyerap angkatan kerja sementara dari sisi stabilitas, berbagai keseimbangan harus terus diupayakan," katanya.
Fokus perhatian pemerintah saat ini, lanjutnya, adalah bagaimana mengamankan berbagai indikator yang menunjukkan kecenderungan membaik seperti kurs, inflasi, suku bunga, dan indikator lainnya.
Menurut dia, pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk memperbaiki kondisi ekonomi seperti adanya paket kebijakan perbaikan iklim investasi dan paket kebijakan infrastruktur yang berlaku khusus untuk 2006 saja.
"Di samping itu pemerintah juga melakukan penyempurnaan terhadap UU tentang Investasi, UU kepabeanan, perpajakan, dan lainnya," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006