CATL lagi menentukan lokasinya antara Batang dan Kaltara (Kalimantan Utara)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia paparkan perkembangan investasi baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dari perusahaan asal Korea Selatan LG, Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) asal China, dan Britishvolt dari Inggris.
Menurut Bahlil kepada awak media di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta selepas mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi), di Jakarta. Jumat, untuk investasi dari LG dan CATL yang konstruksinya akan dimulai tahun ini bakal menciptakan ekosistem EV dari hulu hingga hilir.
Bahlil menuturkan bahwa LG dan CATL memiliki konsep serupa yakni menggandeng sejumlah perusahaan lokal di bawah holding BUMN perusahaan pertambangan, MIND ID.
Untuk tahapan penambangan keduanya bekerja sama dengan PT ANTAM. Kemudian untuk smelter menggandeng Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), BUMN yang sahamnya dimiliki oleh ANTAM, MIND ID, PLN, dan Pertamina.
"Kemudian prekusor katoda baterai cell sampai recycle. Jadi ini satu ekosistem yang mungkin salah satu pertama kali di dunia, karena yang lainnya itu parsial," kata Bahlil Lahadalia.
Baca juga: Pemerintah akan batasi pembangunan smelter yang tak "green energy"
Dari segi nilai investasi, LG bakal mengucurkan modal sebesar 9,8 miliar dolar AS dan CATL sekitar 6 miliar dolar AS.
"Ini yang sekarang sudah running di tahun ini," kata Bahlil Lahadalia.
Berkenaan dengan lokasi smelternya berada di Maluku Utara, didekatkan dengan tambang. Sedangkan pabrik prekursor katoda sebagian di Batang, Jawa Tengah.
"CATL lagi menentukan lokasinya antara Batang dan Kaltara (Kalimantan Utara)," ujar Bahlil Lahadalia.
Sementara itu untuk investasi dari Britishvolt, ia meyakini bahwa proses perizinan sudah hampir rampung, tetapi memperkirakan pembangunan baru akan dimulai pada kuartal II atau III 2023.
"Britishvolt kerja sama dengan perusahaan nasional, sekarang ini proses perizinannya udah hampir rampung, tetapi untuk pembangunan awalnya mungkin enggak dilakukan di kuartal I, mungkin bisa di kuartal II atau III," ujar Bahlil Lahadalia.
Baca juga: Pemerintah akan batasi pembangunan smelter yang tak "green energy"
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023