Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo mengatakan pemanfaatan B35 adalah langkah strategis untuk menghemat devisa melalui penurunan impor solar.
"Untuk program B35 di tahun 2023, target penyaluran biodiesel sebesar lebih dari 13,15 juta kiloliter yang akan menghemat devisa sekitar 10,75 miliar dolar AS atau setara Rp161 triliun," kata Edi dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.
Selain menghemat devisa, implementasi B35 juga bertujuan meningkatkan nilai tambah minyak sawit, membuka lapangan kerja, menurunkan emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan bauran energi terbarukan di Indonesia.
Baca juga: Indonesia gunakan bahan bakar nabati B35 mulai 1 Februari 2023
Indonesia saat ini masih merupakan negara yang paling terdepan dalam menerapkan pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel.
Sejak 2006 lalu, Indonesia telah memulai pemanfaatan biodiesel 2,5 persen atau B2,5. Kemudian, persentase pencampurannya meningkat menjadi biodiesel 20 persen atau B20 pada tahun 2016.
Selanjutnya, empat tahun berselang, pemerintah Indonesia lantas mengimplementasikan biodiesel 30 persen atau B30 secara nasional pada 2020. Nilai persentase pencampuran itu diharapkan terus berlanjut ke B40, B50, bahkan B100.
"Dengan implementasi B35 yang akan kita mulai per 1 Februari 2023, sekali lagi Indonesia menjadi yang terdepan dalam pemanfaatan biodiesel,” kata Edi.
Baca juga: BPDPKS sebut pada 2023, RI bakal terapkan BBM campur sawit 35 persen
Rekomendasinya tidak ada pengaruh signifikan atas penggunaan B35, dimana telah dilakukan perbaikan pada spesifikasi Biodiesel yang digunakan untuk campuran tersebut.
Sementara sebagai persiapan implementasi B40, pemerintah juga telah melaksanakan uji jalan B40 pada 27 Juli 2022 lalu. Hasil uji itu digunakan sebagai dasar pertimbangan sebelum implementasi B40.
"Kementerian ESDM terus berkomitmen untuk mendukung rencana implementasi B35 maupun B40," pungkas Edi.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023