Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat ke level tertinggi enam bulan pada Rabu, sementara dolar stabil, karena investor menunggu data inflasi AS untuk petunjuk tentang kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed).

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik sebanyak 0,82 persen menyentuh level tertinggi enam bulan di 538,56 poin, sementara Indeks Nikkei Jepang berakhir menguat 1,03 persen dan Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,90 persen.

Indeks saham unggulan China CSI 300 berakhir melemah 0,19 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 0,49 persen, terangkat oleh harapan pemulihan ekonomi yang kuat dari pandemi COVID-19 dan diskon nilai saham.

Sementara itu Indeks KOSPI Korea berakhir naik 0,35 persen.

Baca juga: Saham Asia dibuka naik tipis, dolar stabil, fokus pada data IHK AS

Pasar berjangka menunjukkan sentimen kuat akan berlanjut di Eropa, dengan Eurostoxx 50 berjangka naik 0,54 persen, Indeks DAX berjangka Jerman naik 0,57 persen dan Indeks FTSE berjangka Inggris naik 0,37 persen.

Ketua The Fed Jerome Powell, dalam pidatonya pada Selasa (10/1/2023), menahan diri dari mengomentari kebijakan suku bunga tetapi mengatakan independensi Fed sangat penting untuk memerangi inflasi, membuat saham AS berakhir lebih tinggi.

"Dengan beberapa ekspektasi bahwa Powell kemungkinan akan mendorong kembali pelonggaran kondisi keuangan, pasar ekuitas merayakan kurangnya panduan yang jelas tentang arah kebijakan," kata ahli strategi Saxo.

Perhatian investor akan tertuju pada Indeks Harga Konsumen (IHK) AS, yang dijadwalkan akan dirilis pada Kamis (12/1/2023). Data diharapkan menunjukkan inflasi tahunan utama Desember di 6,5 persen, dibandingkan 7,1 persen pada November.

Baca juga: Dolar ditutup relatif stabil di Asia, pasar menunggu data IHK AS

Data Kamis (12/1/2023) akan sangat penting dalam menentukan apa yang kemungkinan akan dilakukan The Fed dengan suku bunga dalam pertemuan berikutnya di awal Februari.

Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Desember setelah empat kenaikan berturut-turut sebesar 75 basis poin pada tahun 2022 tetapi telah menegaskan kembali bahwa akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama untuk menjinakkan inflasi.

Investor bertaruh bahwa laporan inflasi yang akan datang dapat menunjukkan perlambatan lebih lanjut, berpotensi memberikan ruang bagi The Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga, kata Ekonom Commonwealth Bank of Australia, Stephen Wu.

Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan pada Selasa (10/1/2023) bahwa bank sentral harus menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk memerangi inflasi yang tinggi dan kemungkinan akan menyebabkan kondisi pasar kerja yang lebih lemah.

Baca juga: Pasar saham Asia melonjak, risalah Fed jadi pusat perhatian pasar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023