Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR Hidayat Nurwahid mengatakan, Iran dijadikan sasaran pelarangan dalam program pengayaan nuklir karena Amerika Serikat takut jika hal itu dibiarkan, akan ada negara-negara lain yang akan mengikuti langkah Iran dalam pengembangan nuklir. "Kalau Iran diizinkan, Amerika khawatir nanti akan diikuti Indonesia, Afrika Selatan dan Turki," kata Hidayat kepada wartawan di Gedung MPR, Jakarta, Rabu setelah melakukan pembicaraan dengan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Hidayat mengatakan, Presiden Iran tak mau menghentikan program nuklir Iran karena Israel sendiri mengembangkan nuklir untuk kepentingan militer. "Mestinya Amerika menghancurkan nuklir Israel yang digunakan untuk perang," kata Hidayat menirukan Ahmadinejad. Presiden Iran, kata Hidayat, juga mengatakan Amerika tak ingin melihat ada negara-negara lain menjadi kuat karena melakukan program pengayaan nuklir. Dalam pembicaraan antara ketua MPR dan Presiden Iran yang tertutup bagi pers itu, Ketua MPR mengatakan bahwa pihaknya memberikan dukungan pada Iran untuk terus mengembangkan program nuklirnya, yang ditujukan untuk kepentingan damai. "Kami mendukung program nuklir Iran untuk kepentingan damai," kata Hidayat. Hidayat mengatakan, dalam pertemuadan dengan Presiden Iran itu, masalah program pengayaan nuklir menjadi bagian dari topik pembicaraan selain masalah hubungan bilateral kedua negara. Dia mengatakan Presiden Iran itu berpendapat bahwa Iran telah mengembangkan program nuklir untuk kepentingan damai dan ada negara-negara yang ingin menghentikan program tersebut. "Tapi hal itu tak bisa dihentikan untuk Iran," kata Hidayat menirukan Presiden Iran. Presiden Iran, kata Hidayat, juga mengatakan bahwa Iran akan terus mengembangkan program nuklirnya. Amerika yang mengembangkan nuklir tidak untuk kepentingan damai saja dibolehkan, kenapa Iran yang mengembangkan nuklir untuk kepentingan damai dilarang, kata Ahmadinejad seperti dituturkan Hidayat. Dalam pembicaraan dengan Ketua MPR, Presiden Iran juga menyatakan perasaan bangganya berada di Indonesia yang mendukung perjuangan rakyat Palestina. Hubungan Indonesia dan Iran menjadi semakin erat, kata Ahmadinejad, karena rakyat di kedua negara itu memberikan dukungan pada Palestina dan mengutuk Israel yang berlaku sebagai penjahat kemanusiaan. Hidayat mengatakan bahwa dukungan MPR terhadap program nuklir Iran itu akan diwujudkan dalam bentuk komunikasi antar parlemen dengan parlemen negara-negara lain sehingga akan terjadi kekuaatan di lingkungan parlemen di beberapa negara. Presiden Iran, kata Hidayat, juga mengakui bahwa kekuatan politik sekarang bukan cuma di tangan eksekutif, tapi juga di kalangan parlemen dengan kewenangannya membuat Undang-Undang. Baik Presiden Iran maupun Ketua MPR sama-sama menyatakan setuju dengan ide menyisakan 20 persen dari hasil minyak di negara-negara kaya minyak untuk disumbangkan ke rakyat Palestina. "Saat ini rakyat Palestina sedang membutuhkan bantuan. Bantuan dari negara-negara kaya minyak itu kini bisa dikumpulkan lewat Liga Arab atau Organisasi Kongres Islam (OKI)," kata Hidayat. Di Indonesia, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah memelopori pengumpulan dana untuk Palestina antara lain lewat program one man one dollar dalam aksi unjukrasa di depan Kedubes AS di Jakarta beberapa waktu lalu.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006