Waktu itu ada gejala, salah satunya mual, petugas dari puskesmas langsung ke TKP, dan berkoordinasi dengan Dinkes
Tasikmalaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, menyampaikan anak yang dilaporkan keracunan jajanan Chiki Ngebul di sekolah pada November 2022, saat ini dalam keadaan sehat.
Kepala Bidang Pengawasan Pelayanan Kesehatan dan Tempat Usaha pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya Reti Zia Dewi kepada wartawan di Tasikmalaya, Senin, mengatakan tidak ada gejala maupun mendapatkan tindakan operasi. Korban saat itu sudah pulang dari rumah sakit.
"Melihat kondisinya alhamdulillah tidak ada gejala, dan sudah sehat kembali," kata Reti Zia Dewi.
Ia menuturkan peristiwa dugaan tujuh anak mengalami keracunan makanan jajanan di sekolah berupa Chiki Ngebul atau mengandung bahan nitrogen itu terjadi di Desa Ciawang Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya pada 15 November 2022.
Dinkes Tasikmalaya, kata dia, saat mendapatkan laporan adanya dugaan keracunan makanan itu langsung bertindak bersama dengan petugas kesehatan dari puskesmas setempat untuk menangani korban.
Baca juga: Antisipasi keracunan, warga Kepri diminta tak konsumsi "Chiki Ngebul"
Baca juga: Kemenkes: Prioritaskan pangan bergizi ketimbang jajanan
"Waktu itu ada gejala, salah satunya mual, petugas dari puskesmas langsung ke TKP, dan berkoordinasi dengan Dinkes," katanya.
Ia menyampaikan saat di lokasi kejadian ada tujuh orang bergejala keracunan makanan seperti mual, dan satu orang dibawa ke Rumah Sakit SMC Tasikmalaya untuk menjalani pemeriksaan medis.
Korban yang dibawa ke rumah sakit, kata dia, langsung mendapatkan penanganan medis selama kurang lebih tiga jam, setelah itu diperbolehkan pulang ke rumah dengan tetap mendapatkan pengawasan tim medis di lapangan.
"Sudah dipulangkan hanya observasi di Rumah Sakit SMC. Untuk para korban, kami selalu memantau dengan puskesmas terdekat, kami juga buatkan satu tim untuk melihat kondisinya," katanya.
Terkait jajanan makanan Chiki Ngebul itu berbahaya, kata dia, pihaknya belum bisa menyampaikan, karena perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait unsur dalam kandungan makanan tersebut.
Namun, kata dia, setiap makanan yang mengandung bahan pengawet atau pengawetnya berlebihan memiliki dampak buruk atau berbahaya bagi kesehatan manusia.
"Pada dasarnya bahan di makanan kalau berlebihan akan berbahaya, namun terkait nitrogen, dari BPOM sendiri belum mengeluarkan panduan, dari penelitian juga belum ada ketentuan," katanya.
Ia menyampaikan Dinkes Tasikmalaya selama ini sudah berupaya mengedukasi masyarakat maupun pedagang untuk selalu memilih maupun menjual makanan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, lanjut dia, jajarannya bersama instansi terkait lainnya melakukan kegiatan sosialisasi terhadap industri rumah tangga sektor makanan tentang membuat makanan yang baik dan sehat.
"Sosialisasi ke industri rumah tangga bagaimana cara membuat makanan yang baik dan sehat," katanya.
Terpisah, ibu korban, Wiwin (30) mengatakan, kondisi anaknya sampai saat ini sehat meski sempat dibawa ke rumah sakit, namun tidak berlangsung lama.
"Alhamdulillah, sejak kejadian itu sampai sekarang anak saya sehat dan tak bergejala apapun," katanya.
Baca juga: Pemprov Jawa Barat kaji larangan peredaran makanan Chiki Ngebul
Baca juga: Kemenkes imbau dinkes segera laporkan kasus keracunan Chiki nitrogen
Baca juga: BPOM Batam awasi peredaran makanan mengandung nitrogen cair
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023