Peluang tersebut salah satunya adalah bahan baku produksi yang melimpah tersedia di Indonesia.
“Ada peluang karena Indonesia dan juga terutama negara-negara ASEAN, itu banyak dilimpahi input produksi. Maka ini akan jadi peluang untuk bisa menangkap investasi yang datang dari negara-negara (maju) tersebut,” katanya dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menyebut tahun 2023 adalah tahun yang berat untuk bisa meraup banyak investasi lantaran prioritas negara mitra dagang dan investasi untuk ekonomi domestik mereka.
Namun, lanjut Fithra, melimpahnya bahan baku produksi bisa menjadi potensi untuk mengundang investasi asing masuk ke Tanah Air.
“Kelimpahan dari sisi input produksi ini jadi semacam pemikat untuk investasi masuk ke Indonesia, meski tentu tidak akan sebesar tahun sebelumnya karena kontraksi ekonomi global,” imbuhnya.
Baca juga: Menteri Bahlil: Target investasi Rp1.400 triliun tidak mudah
Menurut Fithra, krisis saat dan pascapandemi COVID-19 terjadi akibat kebijakan yang dibuat negara-negara maju untuk memperlambat permintaan global karena pasokan yang menurun akibat pembatasan mobilitas.
Kendati kondisi tersebut masih berlanjut di sejumlah negara maju, ia menilai potensi krisis masih jauh terjadi di Indonesia karena permintaan domestik yang masih cukup tinggi.
Ia menilai peluang Indonesia untuk menarik investasi asing masih tetap besar karena negara-negara maju tersebut juga perlu mengantisipasi resesi berkepanjangan sehingga mereka perlu mengamankan akses input atau bahan baku produksi.
“Salah satunya dengan menjaga akses input tetap sustainable, salah satunya dengan masuk ke negara-negara yang bisa memberikan akses input tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang bisa menyediakan input tersebut,” katanya.
Baca juga: Menko Airlangga: Pertumbuhan ekonomi dijaga di 2023 melalui investasi
Namun Fithra mengingatkan meski tren pemulihan ekonomi pascapandemi di Indonesia tercatat positif, ada beberapa catatan agar keterlibatan partisipasi Indonesia dalam rantai produksi global bisa lebih ditingkatkan.
“Selama ini Indonesia kalau dilihat dari keterlibatan partisipasi rantai produksi, dimana kita bisa lihat partisipasi kita dalam memanfaatkan investasi global, itu memang relatif tertinggal dibanding peer group kita di ASEAN. Meski selama pandemi, trennya agak berubah, Indonesia sepertinya bahkan bisa memanfaatkan jauh lebih banyak lagi,” katanya.
Fithra mengingatkan agar tren keterlibatan Indonesia dalam rantai produksi global bisa dipertahankan. Setidaknya ada beberapa faktor untuk menjaga tren tersebut yaitu terkait sumber daya manusia, infrastruktur, hingga faktor institusional seperti kepastian hukum.
“Salah satunya payung hukum untuk kemudian investasi ini bisa lebih sustainable lagi bertahan di Indonesia adalah melalui Perppu Cipta Kerja,” katanya.
Baca juga: CORE: perlu penjelasan Perppu Ciptaker agar target investasi tercapai
Baca juga: Ekonom : Selain Perppu, penurunan biaya logistik bisa genjot investasi
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023