Saat ini, upah lebih rendah, inflasi lebih rendah tetapi pasar kerja masih terlalu panas

Singapura (ANTARA) - Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Senin sore, karena meningkatnya harapan Federal Reserve memperlambat laju kenaikan suku bunga dan China membuka kembali perbatasannya mendorong sentimen risiko.

Sterling terangkat lagi pada Senin, naik 0,42 persen menjadi 1,2143 dolar, setelah melonjak 1,5 persen pada Jumat (6/1/2023). Euro menguat 0,28 persen pada 1,0674 dolar, setelah ditutup 1,17 persen lebih tinggi pada akhir pekan lalu.

Data AS menunjukkan lonjakan tenaga kerja dan pengurangan pertumbuhan upah, sementara ada tanda-tanda lebih lanjut dari perlambatan ekonomi, dengan aktivitas industri jasa-jasa berkontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari 2,5 tahun pada Desember.

Baca juga: Rupiah menguat seiring data ekonomi AS tak sebaik perkiraaan

"Data pada Jumat (6/1/2023) memberi pasar beberapa harapan bahwa mungkin AS sedang melambat dan Fed tidak perlu lebih banyak lagi menaikkan suku bunga," kata Moh Siong Sim, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore. "Tapi juri masih belum tahu apakah kita benar-benar menuju skenario soft landing."

Para analis telah menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja yang masih ketat kemungkinan akan menjadi perhatian pejabat Fed dan membuat mereka tetap berada di jalur hawkish.

"Saat ini, upah lebih rendah, inflasi lebih rendah tetapi pasar kerja masih terlalu panas," kata Sim.

Fed fund berjangka sekarang menyiratkan sekitar 25 persen peluang kenaikan setengah poin pada Februari, turun dari sekitar 50 persen sebulan lalu.

Bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan lalu setelah memberikan empat kenaikan 75 basis poin berturut-turut tahun lalu, tetapi mengatakan kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama untuk menjinakkan inflasi.

Indeks dolar, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,145 persen menjadi 103,570 pada Senin, setelah turun 1,15 persen pada Jumat (6/1/2023) karena investor beralih ke aset-aset berisiko.

Juga membantu sentimen adalah China membuka kembali perbatasannya, membongkar sebagian besar kebijakan 'nol-COVID' yang ketat, dengan para pelancong datang ke negara itu melalui udara, darat dan laut.

Optimisme atas pemulihan ekonomi yang cepat mendorong yuan China mendekati level tertinggi lima bulan terhadap dolar pada Senin.

Dolar Australia yang sensitif terhadap perdagangan dan China naik 0,80 persen versus mata uang AS menjadi 0,693 dolar AS, tertinggi sejak 30 Agustus, sementara kiwi naik 0,68 persen menjadi 0,639 dolar AS, tertinggi dalam tiga minggu.

Di tempat lain, real Brasil belum diperdagangkan setelah pendukung sayap kanan mantan Presiden Jair Bolsonaro ditangkap setelah menyerang Kongres, istana presiden, dan Mahkamah Agung negara itu.

Dengan pertemuan Fed berikutnya yang dijadwalkan pada awal bulan depan, investor akan fokus pada data indeks harga konsumen yang akan dirilis pada Kamis (12/1/2023) dan pidato Ketua Fed Jerome Powell minggu ini untuk mengurai isyarat tentang langkah bank sentral selanjutnya.

Citi mengatakan mereka memperkirakan angka IHK inti yang "lebih lembut" dengan beberapa risiko naik tetapi mengatakan inflasi inti dapat meningkat lagi pada awal 2023.

"Kami terus memperkirakan Fed akan naik 50 basis poin pada Februari karena masih ada tekanan inflasi mendasar yang kuat dan pelonggaran lebih lanjut dalam kondisi keuangan kemungkinan bukan hasil yang diinginkan."

Yen Jepang menguat 0,37 persen menjadi 131,59 per dolar.

Amir Anvarzadeh, ahli strategi pasar di Asymmetric Advisors, mengatakan mata uang Asia itu akan terus bergerak menuju level 120 atau lebih rendah tahun ini karena tekanan inflasi yang meningkat di Jepang akan memaksa pembuat kebijakan untuk lebih mengubah kontrol kurva imbal hasil mereka dan akhirnya menjauh dari pelonggaran kuantitatif.

Baca juga: Yuan melambung 647 basis poin menjadi 6,8265 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023