Indonesia merupakan negara yang paling memiliki kesempatan besar dalam industri karet, baik secara kualitas maupun kuantitas,"

Yogyakarta (ANTARA News) - Industri karet Indonesia ke depan bisa menjadi pemimpin dalam pengelolaan suplai dan produksi komoditas perkebunan tersebut di dunia, kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi.

"Indonesia merupakan negara yang paling memiliki kesempatan besar dalam industri karet, baik secara kualitas maupun kuantitas," katanya usai menjadi pembicara pada Konferensi Nasional Karet 2012 di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, Indonesia sebagai salah satu produsen besar karet memiliki posisi lebih baik dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Ketiga negara itu saat ini merupakan produsen karet terbesar di dunia.

"Produksi karet di ketiga negara tersebut sekitar 85 persen dari total produksi dunia. Namun, Indonesia memiliki kesempatan paling besar untuk memimpin industri karet dunia," katanya.

Ia mengatakan pada 2011 dengan luas areal perkebunan karet 3,4 juta hektare dan produksi karet 2,8 juta ton, Indonesia menempati posisi kedua setelah Thailand sebagai produsen karet alam di dunia.

"Karet sebagai bahan baku industri ban berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di Indonesia," katanya.

Menurut dia, karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja utama di daerah, komoditas itu juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai sumber devisa negara.

"Konferensi itu diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perkebunan karet nasional dan mutu bahan olah karet serta pengembangan industri barang jadi karet dalam negeri," katanya.

Direktur Pusat Penelitian Karet Chairil Anwar mengatakan diperlukan upaya penerapan berbagai inovasi dan teknologi unggul untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha perkebunan, mutu hasil olahan, dan pengembangan produk jadi karet.

"Selain itu, juga diperlukan penyediaan kebijakan dan fasilitas yang mendukung upaya percepatan pengembangan industri hilir di dalam negeri," katanya.

(B015*H010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012