Jakarta (ANTARA News) - Kalangan pengembang menyambut baik penurunan `BI Rate` oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (seperempat persen) dari 12,75 persen menjadi 12,50 persen. "Penurunan BI Rate yang diputuskan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Selasa (9/5) diharapkan akan memberikan iklim yang menggairahkan bagi dunia usaha properti," kata Sekretaris Perusahaan PT Summarecon Agung, Johanes Mardjuki, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan penurunan BI Rate memberikan sinyal yang baik terhadap perkembangan perekonomian nasional yang pada gilirannya juga akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha properti di Indonesia. Penurunan BI Rate sebesar 25 basis poin diakui memang belum cukup berarti, namun bagi dunia usaha properti cukup melegakan karena dengan penurunan itu diharapkan tingkat suku bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) juga akan turun. "Tingkat suku bunga KPR sekarang berkisar 15 persen per tahun, bahkan ada beberapa bank yang sudah menurunkan tingkat suku bunga KPR di bawah 15 persen," katanya tanpa menyebutkan bank mana dan tingkat suku bunganya berapa. Dalam upaya mencari dana murah, Summarecon Agung dalam waktu dekat akan menerbitkan obligasi senilai Rp300 miliar, dari jumlah tersebut 70 persen akan digunakan untuk pembelian lahan dan sisanya untuk modal kerja. Ia juga mengatakan bahwa penandatanganan dengan Wali Amanah telah dilakukan beberapa waktu lalu dan diharapkan dalam waktu dekat akan segera diluncurkan, tuturnya. Selain itu dalam pertengahan Mei 2006, perusahaan itu juga akan meluncurkan perumahan di kawasan perumahan Serpong, Tangerang, sebanyak 450 unit dengan harga berkisar antara Rp300 juta sampai Rp2 miliar. "Minat masyarakat cukup besar, terbukti dengan banyaknya rumah tersebut yang sudah laku terjual," kata Johanes. Perusahaan itu pada tahun lalu membukukan laba bersih Rp151,21 miliar, naik 2,86 persen di banding tahun sebelumnya yang tercatat 147,01 miliar. Pendapatan perseroan juga naik menjadi Rp797,93 miliar dari Rp632,39 miliar yang diikuti dengan kenaikan beban pokok penjualan Rp388,33 miliar dari Rp274,34 miliar. (*)
Copyright © ANTARA 2006