Singapura (ANTARA) - Harga minyak menguat di perdagangan Asia pada Jumat sore, memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya, didukung oleh harapan peningkatan permintaan China dan setelah data menunjukkan persediaan bahan bakar AS lebih rendah menyusul badai musim dingin yang melanda pada akhir tahun.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 75 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 79,44 dolar AS per barel pada pukul 06.45 GMT, setelah menetap 85 sen lebih kuat pada 78,69 dolar AS pada Kamis (5/1/2023).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 74 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 74,41 dolar AS per barel, setelah berakhir 83 sen lebih tinggi pada 73,67 dolar AS di sesi sebelumnya.
"Optimisme pembukaan kembali China, terutama langkah-langkah stimulus lebih lanjut untuk meningkatkan sektor properti, merupakan faktor bullish utama untuk harga minyak, yang telah meningkatkan prospek permintaan dalam waktu dekat," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
"Dolar AS yang melemah juga menambah momentum kenaikan ke pasar minyak," tambahnya.
China mengumumkan lebih banyak langkah-langkah dukungan negara pada Kamis (5/1/2023), termasuk membentuk mekanisme penyesuaian dinamis pada suku bunga KPR untuk pembeli rumah pertama kali, dalam upaya meningkatkan sektor properti yang berutang banyak, yang menyumbang seperempat ekonomi negara itu.
Jumlah total perjalanan penumpang melalui jalan darat, kereta api, air dan udara selama Tahun Baru Imlek mendatang diperkirakan akan mencapai 2,1 miliar tahun ini, kata pejabat transportasi pada Jumat, dua kali lipat dari 1,05 miliar selama periode yang sama tahun lalu.
Penerbangan penumpang harian yang dijadwalkan selama musim liburan yang dimulai pada Sabtu rata-rata akan mencapai 73 persen dari tingkat pra-pandemi pada tahun 2019.
China, importir minyak mentah terbesar dunia, telah mengakhiri kebijakan nol-COVID yang ketat, yang menyebabkan lonjakan infeksi COVID di seluruh negeri.
Di AS, data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan pada Kamis (5/1/2023) bahwa persediaan minyak sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, turun lebih dari yang diperkirakan dalam sepekan hingga 30 Desember. Turun sebesar 1,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 396.000 barel.
Sementara itu, stok bensin AS turun 346.000 barel pekan lalu, menurut data EIA, dibandingkan dengan ekspektasi para analis untuk penurunan 486.000 barel.
Namun, secara mingguan, harga minyak berada di jalur untuk berakhir lebih rendah, dengan kontrak Brent dan WTI turun sekitar 7,0 persen. Kekhawatiran tentang kemungkinan resesi global telah membebani sentimen perdagangan.
"Minyak sedang mencoba untuk reli tetapi kekhawatiran permintaan membuat kenaikan kecil," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.
"Saudi memangkas harga karena prospek permintaan minyak mentah jangka pendek sepertinya tidak akan mendapat dorongan besar dari pembukaan kembali China."
Eksportir minyak mentah utama dunia Arab Saudi menurunkan harga minyak mentah ringan unggulan Arab yang dijualnya ke Asia ke level terendah sejak November 2021 di tengah tekanan global yang memukul minyak.
Baca juga: Emas jatuh 18,40 dolar karena ambil untung dan "greenback" menguat
Baca juga: Dolar menguat di Asia didukung pasar pekerjaan AS yang tangguh
Baca juga: Rupiah melemah seiring pasar waspadai data ketenagakerjaan AS
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023