PMA UE di Indonesia yang hanya 1,6 persen dari total PMA UE ke Asia masih sangat kecil
Medan (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi menilai perjanjian kemitraan komprehensif Indonesia-Uni Eropa (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) akan menguntungkan dibandingkan ketika dengan China.

"Dinilai bisa menguntungkan karena produksi Indonesia tidak ada diproduksi di negara-negara Uni Eropa dan termasuk sudah jauh lebih berkembang majunya industri di negara itu dibanding Indonesia," katanya di Medan, Selasa.

Dia mengatakan itu disela acara sosialisasi CEPA di Medan yang dihadiri berbagai kalangan mulai pengusaha, akademisi dan pejabat pemerintah daerah itu.

Dengan berbedanya produksi, maka ekspor Indonesia akan tidak terganggu, sementara dengan majunya industri di negara Uni Eropa, maka aliran investasi negara itu ke Indonesia akan semakin besar.

"Kondisi Indonesia-Uni Eropa berbeda dengan kerja sama Indonesia-China. Saya yakin CEPA akan menguntungkan Indonesia, tetapi memang masyarakat dan pengusaha nasional harus dipersiapkan dalam menyambut dan menghadapi CEPA itu," katanya.

Wakil Kepala Delegas Uni Eropa Untuk Indonesia, Brunei Darusslam, dan Asean, Colin Crooks, mengatakan, hubungan Uni Eropa dan Indonesia semakin berkembang pesat sejak 2004.

UE (Uni Eropa), dewasa ini mitra dagang ketiga dan sumber penanaman modla asing kedua bagi Indonesia.

Hubungan yang mampu bertahan lama dan masih eksis di saat terjadi krisis mengindikasikan hubungan kerja sama bisa semakin membaik.

"CEPA dinilai bisa lebih membuat lebih baik hubungan UE dan Indonesia, bahkan mungkin bisa lebih baik dari hubungan ke negara lainnya seperti UE-Malaysia yang sudah cukup besar 45 miliar dolar AS," katanya.

Dengan adanya CEPA, PMA dari UE di Indonesia bisa akan lebih besar dari 130 miliar dolar AS dewasa ini.

"PMA UE di Indonesia yang hanya 1,6 persen dari total PMA UE ke Asia masih sangat kecil," katanya.

Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana Wirakusumah, menyebutkan, pengusaha harus memahami CEPA, karena kerja sama UE-Indonesia akan lebih meluas termasuk ke soal jasa seperti tenaga kerja.

"Jangan nanti sudah CEPA ditandatangani, ada keluhan atau protes kenapa banyak warga UE bekerja di Indonesia,"katanya.

Barang UE yang sebagian besar produk industri juga akan semakin banyak mengingat nantinya sekitar 95 persen pos tarif akan dikenakan tarif nol persen dalam jangka waktu maksimal 9 tahun.

Ketua Apindo Sumut Parlindungan Purba mengungkapkan Apindo Sumut sedang melakukan pemetaan terhadap dampak dan keuntungan CEPA bagi pengusaha daerah itu.

"Apindo Sumut berharap pemerintah kota/kabupaten juga merubah berbagai kebijakan khususnya perda-perda yang membuat biaya tinggi karena akan menyulitkan pengusaha menghadapi CEPA,"katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, negara UE yang masuk sebagai salah satu negara mitra utama ekspor adalah Belanda, dengan total ekspor Januari-Juli 2012 sebesar 257,175 juta dolar AS .

Perdagangan Sumut-Belanda mengalami surplus besar karena impor Sumut dari negara itu pada peridoe sama masih sebesar 8,020 juta dolar AS.

(E016/S006)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012