Batam (ANTARA News) - Mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie (70) di Batam, Selasa sore, menyatakan sangat berkeinginan mengunjungi mantan Presiden Soeharto, 85, yang sedang dalam perawatan di Jakarta. Akan tetapi, seperti dikemukakannya di depan pemuka masyarakat dan pengusaha, "Belum tentu Pak Harto mau menerima tamu. Sebab kalau banyak (tamu) yang tanya (malah) bisa mengganggu kesehatannya. Itulah keadaannya." Soeharto, mantan presiden, 1967-1998, dulu terkenal dekat dengan Habibie. Puluhan jabatan vital, termasuk Ketua Otorita Batam 1978-1998 diberikannya kepada Habibie. Bahkan, ketika Soeharto setelah pemilu tahun 1997 kembali menjadi presiden, Habibie menjadi wakil presiden. Masa kepemimpinan Habibie di puncak kekuasasan relatif pendek, namun ia kepada hadirin menyatakan telah berbuat untuk bangsa, terutama membuka kran kebebasan pers, membuka otonomi daerah, menyelesaikan masalah Timor Timur, dan menghindari NKRI dari perpecahan. Dalam tatap muka dengan pemuka masyarakat di Batam, Habibie mengemukakan, telah selesai menulis buku "Detik-detik yang Menentukan", tulisan tangan 2.000 lembar yang akan diterbitkan Juli tahun ini dalam 500 halaman berisi episode yang diawali dengan lengsernya Soeharto sampai pemilihan umum (1999), dalam edisi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ia datang ke Batam lewat Singapura dari Timur Tengah didampingi istrinya, Hasri Ainun Besari. Kedua pasangan yang menikah 12 Mei 1962 itu, belakangan lebih sering berada di Jerman ketimbang di Jakarta. Habibie mengatakan, antara ia dan istrinya jarang berjauhan. Karenanya ia meminta maaf sebab sejak 1988 baru kembali berkunjung ke Batam yang sampai sekarang ia yakini seharusnya dikembangkan sebagai daerah perdagangan bebas secara menyeluruh.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006