Singapura (ANTARA) - Mata uang beresiko menguat dan euro stabil di perdagangan Asia pada Rabu sore, terangkat oleh optimisme bahwa kemunculan China dari pembatasan COVID pada akhirnya membantu pertumbuhan, sementara fokus investor beralih ke data ekonomi AS dan risalah pertemuan Federal Reserve (Fed).
Euro yang telah kehilangan 1,0 persen semalam, penurunan tertajam dalam lebih dari dua bulan, menyusul penurunan inflasi Jerman yang lebih besar dari perkiraan, naik tipis dari posisi terendah tiga minggu menjadi 1,0570 dolar di perdagangan Asia.
Dolar Australia yang sensitif terhadap perdagangan dan China menguat 1,0 persen menjadi 0,6800 dolar AS, memulihkan kerugian semalam, sementara yuan naik 0,4 persen menjadi 6,8913 per dolar - merayap kembali ke puncak empat bulan pada Selasa (3/1/2023).
Media pemerintah di China menjanjikan "kemenangan akhir" atas epidemi tersebut, meningkatkan taruhan pasar bahwa pelonggaran aturan dan pembukaan kembali China tidak dapat diubah. Pembicaraan dukungan untuk sektor perumahan juga membantu sentimen di pasar saham.
Baht Thailand telah naik ke level tertinggi enam bulan didorong ekspektasi ekonominya akan naik dari peningkatan pariwisata, karena China menghapus karantina bagi para pelancong dan dolar Singapura mencapai level tertinggi 18 bulan pada Selasa (3/1/2023).
Baca juga: Saham Asia dibuka menguat & dolar melemah, pasar fokus risalah The Fed
Pergerakan yang lebih besar dibatasi di sesi Asia yang masih sepi karena adanya data ekonomi yang membayangi di Amerika Serikat dan rilis risalah dari pertemuan Federal Reserve bulan lalu. "Kami kembali ke beberapa data ekonomi, jadi mungkin kami akan mendapatkan beberapa aksi harga yang didorong secara fundamental dari itu," kata Kepala Strategi Valas National Australia Bank, Ray Attrill, di Sydney.
Yen menguat 0,1 persen menjadi 130,83 per dolar.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terangkat 1,0 persen pada Selasa (3/1/2023) menjadi 104,73, sebagian besar karena penurunan euro, dan sedikit berkurang pada Rabu sore menjadi 104,57. Sterling melayang di 1,1973 dolar dan kiwi diperdagangkan 0,4 persen lebih tinggi menjadi 0,6273 dolar AS.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jerman turun menjadi 8,6 persen secara tahunan pada Desember, dari 10 persen bulan sebelumnya, berlawanan dengan ekspektasi sebesar 9,1 persen, data pada Selasa (3/1/2023) menunjukkan, memukul euro euro dan mendorong obligasi Jerman lebih tinggi.
Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia, ditopang pelambatan Inflasi Jerman
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023